“Itu kaya nya wilayah para pendatang pak. Setau saya kalau deket sekolah pa Jaro pendatang pak. Tapi nanti saya cek,” tuturnya.

Tim bogor-today.com pun melakukan investigasi dan berhasil melakukan wawancara dengan salah seorang penjajak seks melalui aplikasi wechat. Dia mengatakan, bahwa aktifitas yang dilakukannya itu terpaksa, karena kebutuhan hidup yang mendesak, demi memenuhi kebutuhannya dia pun rela menjual tubuh aduhainya ke lelaki hidung belang.

“Ya atuh gimana bang, dimasa sulit kaya gini nyari kerjaan yang sesuai untuk menutupi kebutuhan sangat sulit, sedang tiap hari kita harus makan harus memenuhi segala kebutuhan lainnya,” tutur wanita berusia 29 tahun itu.

Tim pun mencoba melakukan investigasi kepada wanita lainnya. Single paren dengan dua anak, itupun rela menjalani propesi wanita panggilan kelas kampung demi mencukupi kebutuhan anaknya yang masih kecil pasca dia bercerai dengan suami.

BACA JUGA :  DINAMIKA PILKADA KABUPATEN BOGOR KERING IDE DAN GAGASAN

“Belum lama sih a kita ngejalani BO (booking) kaya gini, ya semenjak pisah aja sama suami lima bulan lalu, sedangkan dirumah ada dua anak yang satu umur 7 tahun kelas satu SD, yang paling kecil baru berumur 7 bulan yang harus dibiyayai,” ungkapnya sembari memperlihatkan foto anak bayinya kepada tim bogor-today.com.

Rupanya bukan hanya kedua wanita itu saja yang menjadi penjajak mantap-mantap. Ada banyak lagi wanita muda usia dua puluhan tahun lebih menjajakan diri. Dengan memanfaatkan aplikasi wechat mereka pun berteransaksi.

“Mereka berteransaski lewat wechat, setelah harga cocok langsung cek in ke kos-kosan itu. Tarifnya pun berpariatif mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 600 ribu persekali kencan,” kata sumber Bogor Today.

BACA JUGA :  Jadwal SIM Keliling Kabupaten Bogor, Rabu 15 Mei 2024

Saat tim Bogor Today melakukan investigasi ke kos-kosan yang diduga dijadikan tempat mantap-mantap para pencari kenikmatan duniawi, sungguh sangat miris, hanya beralaskan kasur lantai plus bantal dengan ruangan berukuran kurang lebih 3×4 CM dan ada kamar mandi dalam seadanya.

Yang lebih miris lagi, lokasi tempat yang diduga dijadikan transaksi esek-esek itu, lokasinya tidak jauh dari rumah kepala desa yang saat ini menjabat. Namun, keberadaan mereka seolah-olah tidak tercium baik oleh tokoh masyarakat, agama maupun kepala desa yang bertanggung jawab atas kondisi social di desa tersebut. (Tim Bogor Today)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================