“Hitung saja rasio panjang ruas jalan yang telah dibangun dengan puluhan ribuan unit rumah yang dibangun pada daerah pemukiman baru di sekitar itu, seimbang gak? Pasti gak seimbang, makanya pada setiap pertigaan yang menuju ke arah jalan arteri nasional itu selalu menjadi penyebab utama kemacetan. Nah, bagi sebagian kalangan yang paham, fenomena kemacetan itu merupakan salah satu indikasi dari buruknya manajemen tata ruang,” tegas AW.

Kang AW menambahkan, terkait dengan amburadulnya implementasi pembangunan kawasan, pihaknya menyebut terdapat tiga poin dan hal itu bisa menjadi fenomena gunung es dari persoalan besar yang sesungguhnya tengah terjadi.

“Pertama, potensi pelanggaran atas tata ruang, kedua, potensi berkurangnya lahan pertanian berkelanjutannya, ketiga, tidak sinkronnya pembangunan sistem dalam tata ruang; hingga pada potensi munculnya persoalan sampah di kemudian hari,” katanya.

BACA JUGA :  Pemkot Buka Penutupan Jalan ke Plaza Jambu Dua, PT GAW Keberatan Dianggap Akses Publik

Jika implmentasi pembangunan wilayah di Bogor bagian barat ini hanya dilakukan secara sektoral, sambung AW yakni membangun kawasan perumahan saja akan tetapi tidak dibarengi dengan pembangunan sarana infrastruktur lainnya secara proporsional seperti membangun ruas jalan baru, maka pihaknya mengaku khawatir jika jalan arteri Nasional di wilayah barat ini akan terus mengalami over capacity (kelebihan kapasitas) hingga akhirnya stuck.

Kata dia, jika melihat kondisi yang sudah terjadi saat ini, pelebaran jalan nasional saja pun sepertinya tidak cukup. “Jika, di Bogor Timur selalu digembar-gemborkan pembangunan jalan Puncak 2, menurut hemat saya, membangun ruas jalan baru di wilayah Bogor Barat pun tak kalah pentingnya, malah bisa jadi jauh lebih penting,” imbuhnya.

BACA JUGA :  2 Siswa SMA di Kendari Dikeroyok Puluhan Pelajar Sekolah Lain di Jalan saat Hendak Pulang

“Kita baru bicara masalah jalan nih, yang ruas jalan dari Pasar lama Ciampea hingga Warung Borong saja memerlukan perbaikan segera, belum lagi kita bicara soal Pasar Leuwiliang, yang menurut hemat saya pun sudah semestinya untuk dilakukan revitalisasi. Kompleks kalau kita bicara soal penataan ruang hingga akhirnya kita pun memang harus amat jeli agar pembangunannya pun bisa berjalan dengan baik dan proporsional,” tutup AW. (B. Supriyadi)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================