BOGOR-TODAY.COM – Seorang pria bernama Lisala Folau (57) asal Tonga dilaporkan berenang selama 28 jam setelah disapu tsunami dahsyat di negara kepulauan Tonga karena letusan gunung berapi bawah laut yang terjadi beberapa waktu lalu. Folau kini dijuluki sebagai Aquaman (manusia air, red).

Folau, tinggal di pulau kecil Atata, yang berjarak sekitar 8 km barat laut ibu kota Tonga, Nuku’alofa, disiagakan oleh saudaranya tentang tsunami yang akan datang. Folau berhasil berlindung di sebuah pohon.

Namun, dia turun setelah tsunami berlalu dan dikejutkan oleh gelombang kedua yang lebih besar yang menyapu dia dan keluarganya ke laut. Meskipun memiliki masalah mobilitas yang serius, Folau berhasil berenang selama total 28 jam dan akhirnya mencapai ujung selatan Tongatapu, di sisi lain negara itu.

BACA JUGA :  Pemkab Bogor Terus Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Kesiapsiagaan Bencana
Berenang Selama 28 Jam
Pria Ini Selamat Setelah Disapu Tsunami di Tonga Dengan Berenang Selama 28 Jam.

“Saat itu gelap dan kami tidak bisa melihat satu sama lain. Segera saya tidak bisa mendengar keponakan saya memanggil lagi, tetapi saya bisa mendengar anak saya memanggil, ”kenang Lisala Folau seperti mengutip odditycentral.com, Sabtu (22/1/2022)

Fulou menyebut usai dihantam gelombang tsunami dirinya tidak bisa berjalan dengan baik, kakinya tidak berfungsi.

Folau, yang memikirkan keluarganya membuatnya berenang begitu lama. Karena dirinya selamat, Folau berterima kasih kepada Tuhan, keluarganya, dan gerejanya karena memberinya kekuatan untuk bertahan hidup.

“Begitu tak terduga bahwa saya selamat setelah hanyut, mengambang dan selamat dari bahaya yang saya hadapi,” kata pria berusia 57 tahun itu.

BACA JUGA :  Pj Wali Kota Bogor Lepas Kafilah MTQ ke Kabupaten Bekasi

Putri Lisala Folau, membagikan gambar yang menunjukkan perjalanan pria itu melalui lautan selama 28 jam, dan dengan cepat menjadi viral di media sosial.

Sementara, Erika Radewagen seorang pejabat renang tingkat Olimpiade dari Pasifik, mengungkapkan ketakjubannya saat Folau berhasil menyelamatkan diri dari peristiwa itu. Secara mental dan tekanan fisik seorang peranang profesional juga tidak akan dapat menandinginya.

“Bahkan perenang yang sangat berpengalaman tentu memiliki batasan fisik dan parameter yang ditetapkan, tetapi dibutuhkan pola pikir yang berbeda untuk melakukan apa yang dia lakukan. Ada lebih banyak rintangan fisik, seperti abu, puing-puing, ombak, dan faktor lain yang akan membuat renangnya jauh lebih menantang.” Tutup Erika. (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================