Jadi, kata Arief, bawang merah diharapkan akan stabil di eceran Jakarta kisaran Rp 40.000 – 45.000 per kilogram, yang sebelumnya di kisaran Rp 55.000 per kilogram.

Fasilitasi distribusi sebagai upaya stabilisasi harga komoditas cabai dan bawang ini dilaksanakan bersinergi dengan Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian dan Dinas Pangan Provinsi dan Kabupaten, serta para pelaku usaha seperti Gapoktan.

Kemudian Asosiasi Bawang Merah Indonesia, Asosiasi Petani Cabai Indobesia, Pedagang Pasar Induk Kramatjati, serta Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) dan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI).

“Kolaborasi BUMN Pangan ID FOOD dan BULOG juga akan turut serta membantu distribusi ketersediaan pasokan sebagai upaya stabilisasi harga pangan,” terangnya.

BACA JUGA :  Kronologi Kecelakaan Maut Truk Tangki Elpiji Tabrak Motor di Bojonegoro

Selain itu, fasilitasi distribusi pangan juga terus dilakukan Badan Pangan Nasional (NFA) bersama stakeholder terkait. Salah satunya kolaborasi dengan BUMN Holding Pangan ID FOOD group dan private sector untuk beberapa komoditas pangan lainnya salah satunya fasilitasi distribusi komoditas jagung.

“Hingga 12 Juni 2022 ini telah terdistribusi sebanyak 877 Ton kepada Peternak kecil dan mandiri di Kendal Jawa Tengah dan Blitar Jawa Timur,” tukasnya.

Sebelumnya, guna mengatasi masalah harga cabai yang diikuti oleh berbagai bahan pokok lainnya, Koordinator Komite Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah menaruh harap ke Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA). Caranya bisa dengan menugaskan Bulog guna melakukan stabilisasi.

BACA JUGA :  Pj Gubernur Jawa Barat Pimpin Upacara Hardiknas di Kota Bogor

“Setidaknya menjaga kelancaran distribusi dan ketersediaan cabai di pasar yang merata di berbagai wilayah,” ujarnya.

Sementara, untuk menekan harga Bulog bisa jadi melakukan operasi pasar. Langkah ini disebut bisa menjadi solusi jangka pendek yang dilakukan.

Kendati begitu, untuk jangka panjang ia menilai diperlukan penguatan budidaya yang merata sepanjang tahun dan tahan perubahan iklim.

“Untuk itu pemerintah perlu mengembangkan kan teknologi yang bisa digunakan petani dan memberikan dukungan yang memadai mulai dari pembiayaan, pengelolaan hama penyakit, akses input dan lainnya,” tukasnya. –(Net).

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================