“Dalam sampel seperti kopi, yang sangat banyak diproses, Anda mungkin hanya memiliki sedikit DNA yang tersisa jadi kami mencoba hal-hal yang sealami mungkin,” kata Krehenwinkel.
Para Ilmuwan mengumpulkan jamu dan teh yang berasal dari empat benua. Cara ini untuk melihat DNA arthropoda dari semua bahan tanaman.
“Sekitar 99.999 persen adalah DNA tanaman dan sisanya DNA serangga. Sehingga ini jadi pertanda baik bagi peminum teh bahwa mereka ingin minum teh, bukan serangga,” tambahnya.
Tim menemukan, rata-rata lebih dari dua ratus jenis artropoda yang berbeda dari setiap sampel teh. Misalnya, teh mint mengandung DNA dari serangga yang ditemukan di wilayah Pasifik Barat Laut Amerika Serikat yang tumbuh di peppermint, sedangkan teh hijau mengandung DNA dari serangga asli Asia Timur.
Sementara itu, menurut ahli ekologi molekuler di Universitas Aarhus, Eva Egelyng Sigsgaard, menggunakan teh dan herbal yang diproduksi secara komersial, mengatasi masalah ini dengan memanfaatkan infrastruktur yang ada untuk memanen, mengeringkan, dan mengangkut bahan tanaman.
“Anda bahkan dapat mengatakan bahwa pengambilan sampel telah dilakukan sampai tingkat tertentu, tanpa disadari oleh perusahaan-perusahaan yang telah menghasilkan produk tersebut,” kata Sigsgaard. –(Net).