Pengamat Komunikasi Politik sekaligus Dosen Universitas Pancasila, Dr. Anto Sudarto mengakui bahwa dalam pesta demokrasi kerap dibumbui polarisasi.

Ia mencontohkan kasus di Amerika Serikat yang memunculkan berbagai aliran politik pada awalnya saat Pilpres. Namun, Amerika Serikat saat ini polarisasi politik terbatas hanya pada dua Partai Politik yaitu Republik dan Demokrat.

Namun begitu, polarisasi politik yang ada di Indonesia lebih parah. Ada kubu pro-Presiden dan anti-Presiden, terlebih di media sosial yang begitu kuat. Hingga akhirnya, ide-ide yang tercipta di masyarakat jadi terkekang. Bagi Anto, polarisasi seperti ini tidak sehat dalam ruang demokrasi di negeri ini.

Fenomena itu menyebabkan kesadaran masyarakat menjadi sempit tentang politik. Peran lembaga survei menurut Anto mendukung hal tersebut. Seharusnya, lembaga survei selalu menciptakan angka-angka yang mengarahkan masyarakat. Jadi lembaga survey tidak bisa menciptakan idenya sendiri dalam berpolitik.

BACA JUGA :  Kecelakaan Maut di Labuan Bajo NTT Tewaskan Remaja asal Rote Ndao usai Jatuh dari Motor

“Karena figur politik di Indonesia sangat penting, makanya ada pencitraan sana-sini. Diskusi masyarakat tidak bisa tercipta di media sosial. Akhirnya cuman ada pujian atau makian ke Presiden,” tegasnya.

Anto mengatakan bahwa ada solusi atas masalah tersebut, sehingga harus ada perubahan dalam ruang berpolitik. Sistem parlementer harus tercipta kembali seperti era Pemerintahan Sukarno. Dengan kata lain, partai politik harus menciptakan figurnya sendiri dalam Pilpres 2024.

Sementara itu, Pengamat Sosial Politik, Andi Hakim mengatakan bahwa di Pilpres 2024 nanti para calon Presiden harus mengikuti perbincangan di ruang digital yang beragam.

BACA JUGA :  Wajib Coba! Sambal Mangga Cincang yang Segar dan Pedas Nampol

Sebab, ruang digital saat ini hanya terpusat pada dua kutub politik, yaitu kubu Cebong dan kubu Kampret yang selalu memuji maupun memaki Presiden.

“Ruang digital ini memang harus dijelajahi oleh calon pemimpin nanti di Pilpres 2024. Supaya politik di Indonesia tidak sempit pemaknaannya,” jelas Andi.

Oleh karena itu, pihaknya menyebutkan soal Airlangga Hartanto yang memiliki kompetensi untuk menjelajahi ruang-ruang ide dari anak muda.

Airlangga Hartanto, menurutnya memiliki kompetensi terkait hal itu. Ruang ide yang diciptakan oleh anak muda di media digital harus didukung oleh calon Presiden di Pilpres 2024 nanti. (B. Supriyadi)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================