“Pada semester kedua tahun 2022, Perusahaan baru berhasil mendapatkan batu bara DMO sebesar 60 persen dari total kebutuhan batu baranya,” terang Christian.

Menurutnya, untuk mengurangi penggunaan batu bara dan dampak harga batu bara yang tinggi, perseroan terus meningkatkan pemakaian konsumsi bahan bakar alternatif dari 12,2 persen pada tahun 2021 menjadi 18,1 persen pada tahun 2022, termasuk peningkatan penggunaan batu bara berkalori rendah (LCV) dari 88 persen menjadi 92 persen.

Selanjutnya, peningkatan beban usaha sebesar 3,6 persen dari minus Rp3,21 triliun menjadi minus Rp3,33 triliun disebabkan oleh kenaikan biaya logistik dan aksi korporasi pada tahun 2022.

BACA JUGA :  Kebakaran Hanguskan Mobil Warga Karangasem, 4 Armada Dikerahkan

Lalu terdapat peningkatan beban operasi lain neto sebesar 155,7 persen dari Rp163,3 miliar menjadi Rp417,6 miliar pada 2022 disebabkan oleh keuntungan valuta asing, klaim asuransi, penjualan barang bekas, dan penyelesaian beberapa proyek.

“Akibatnya, pada 2022, Margin Laba Usaha turun dari 14 persen menjadi 13,6 persen dan Margin EBITDA berkurang dari 22,5 persen menjadi 21,2 persen,” terangnya.

Christian menjelaskan, Perseroan mencatatkan pendapatan keuangan neto yang lebih rendah sebesar minus 70,8 persen dari Rp139,3 miliar di 2021 menjadi Rp40,6 miliar karena posisi kas yang lebih rendah sehubungan dengan program pembelian saham kembali.

BACA JUGA :  Cemilan Rumahan dengan Donat Labu yang Sedang Viral Kelezatannya

“Beban pajak penghasilan neto meningkat 0.3 persen dari minus Rp445,5 miliar menjadi minus Rp446,9 miliar disebabkan oleh kenaikan laba usaha. Berdasarkan angka keuangan di atas, laba tahun berjalan naik 3 persen dari Rp1,78 triliun menjadi Rp1,84 triliun pada 2022,” papar Christian. (**)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================