BOGOR-TODAY.COM – Ayah Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage (IDF), Y Pandi menduga kematian anaknya diakibatkan oleh cekcok yang terjadi karena seniornya melakukan jual-beli senjata api (senpi) ilegal dan dalam pengaruh minuman keras (miras).

Hal itu dia yakini setelah mendengar keterangan Polres Bogor terkait kronologi kematian Bripda Ignatius yang tewas tertembak di Rusun Polri Cikeas, Bogor, Jawa Barat.

“Saya dengar bisnis senpi di TKP, saya dengar. Mungkin karena itulah ada cekcok, mungkin anak saya tidak mau beli senpi itu karena ilegal,” ujar Pandi dalam wawancara dengan CNNIndonesia TV, Jumat (28/7).

Ia juga menduga anaknya tak berani membeli senpi tersebut dari seniornya. Menurut Pandi dan keluarga, ada kemungkinan tersangka marah lalu melakukan pembunuhan tersebut.

“Ataupun karena dia junior sehingga dia tidak berani. Logika saya, kami, dan keluarga mungkin tersangka marah atau apa sehingga dengan sengaja mereka melakukan tembakan itu,” tuturnya.

BACA JUGA :  Komisi IV Minta Study Tour Pelajar Kota Bogor Dihentikan

Pandi juga mengaku sudah mendengar keterangan polisi mengenai para senior anaknya yang mabuk dan terpengaruh alkohol sebelum melakukan penembakan. Ia menduga cekcok dan minuman keras tersebut menjadi penyebab utama.

“Pada saat kejadian, memang mereka ada cekcok. Mungkin karena pengaruh mabuk dan minuman keras, saya juga tidak tahu. Akan tetapi, bisa saja ada kesalahan di antara mereka karena pengaruh minuman itu,” kata dia.

Pandi juga membeberkan keterangan kekasih anaknya soal keseharian korban. Menurut dia, korban acap kali mendapat perintah dari seniornya dan tak bisa menolak.

“Dia (kekasih Ignatius) mengatakan bahwa korban sering mendapat perintah yang selalu membuat anak kami ini mau tidak mau harus melaksanakan perintah itu sebagai junior,” ucapnya.

Menurut keterangan kekasih korban, kata Pandi, perintah itu harus tetap dilaksanakan agar anaknya tersebut aman dari hal-hal tak terduga yang berpotensi dialami olehnya.

BACA JUGA :  Ganda Putri Indonesia, Ana/Tiwi Wakil Satu-satunya di Final Thailand Open 2024

“Setahu saya pacarnya bercerita setiap kali seniornya memberi perintah, harus dilaksanakan. Kalau tidak, mungkin akan ada hal-hal yang dialami anak kami ini,” kata Pandi.

Dengan tegas dia menolak pernyataan soal kematian anaknya yang terjadi karena kelalaian. Menurutnya, hal tersebut merupakan bentuk kesengajaan yang dilakukan seniornya karena sakit hati.

“Kami juga tidak mau dan menerima kalau pelaku ini dikatakan melakukan kelalaian, karena kita lihat kronolgi kejadian seperti itu memang bukan kelalaian, itu sepertinya disengaja mungkin karena ada unsur sakit hati atau apa sepertinya,” ucapnya.

Ia meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit untuk turun tangan dalam menyelesaikan kasus yang membuat jiwa anaknya meninggal. Dia juga meminta pelaku diberikan hukuman seberat-beratnya.

============================================================
============================================================
============================================================