BELAJAR SMART DI MUSEUM

Oleh : Heru B Setyawan (Pemerhati & Aktivis Pendidikan)

BERDASARKAN Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Sayangnya, masyarakat belum menyadari dan belum peduli terhadap keberadaan sebuah museum. Berbicara tentang museum, pasti tidak bisa lepas dari sejarah, karena sejarah itu meliputi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

Dan sejarah juga membahas sumber sejarah, pelaku sejarah, peninggalan benda-benda sejarah dan itu semua berhubungan dengan museum bro.
Bahkan menurut ahli sejarah, kehidupan manusia ini tidak bisa lepas dari sejarah.

Tapi kenapa kebanyakan masyarakat Indonesia tidak begitu peduli dan tertarik sama sejarah dan museum. Karena mata pelajaran sejarah selama ini mementingkan kapan dari suatu peristiwa sejarah, bukan bagaimana suatu peristiwa sejarah bisa terjadi.

BACA JUGA :  Rumah Warga Sukabumi Terbakar usai Tersambar Petir saat Hujan Deras

Akibatnya mata pelajaran sejarah tidak begitu disukai oleh peserta didik di Indonesia. Sehingga tidak mengherankan kebanyakan masyarakat Indonesia lebih senang datang ke mall, nonton konser musik, nonton film, membuka situs media sosial yang bersifat hiburan.

Dunia sekarang ini serba praktis, dengan Iptek semua informasi dapat didapat dengan sangat mudah, dunia ada di genggaman tangan kita. Tapi sama seperti buku, museumpun di zaman now, peranan buku dan museum tidak akan tergantikan.

Kenapa peranan buku dan museum tidak tergantikan? Karena bagaimanapun Iptek selain punya keunggulan juga punya kelemahan, dan kelemahan ini bisa diganti oleh keberadaan buku dan museum.

BACA JUGA :  Menu Simple dengan Tumis Pakcoy Wijen yang Sedap Bikin Ketagihan

Iptek itu canggih tapi ringkih (punya kelemahan) yaitu butuh tenaga listrik dan memakai alat komputer, LCD, dan jaringan internet. Sementara buku dan museum tidak membutuhkan, meski semua sektor kehidupan serba memakai komputer.

Kita melihat museum bisa lewat internet, tapi lain rasanya, sensasinya dan maknanya, jika kita datang langsung ke museum.

Kita bisa membaca buku dimana-mana, bisa di bus, kereta, taman, mobil dan lain-lain. Kita juga bisa memakai peralatan teknologi informasi dan komunikasi di tempat-tempat tersebut.

Tapi harus tersedia aliran listrik, sinyal harus kuat, harus ada pulsa dan lain-lain. Meski kita akui, peranan buku dan museum pasti berkurang di jaman serba informasi dan komunikasi ini.

============================================================
============================================================
============================================================