“Persistensi bisa terjadi di semua jenis gigi sulung atau susu, tetapi lebih sering terjadi pada gigi seri bawah, gigi taring bawah dan atas serta gigi geraham kecil. Gambaran seperti ini sering dijumpai pada anak-anak di usia sekolah dasarâ€
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Setiap manusia pasti menÂgalami fase pergantian dari gigi susu dengan gigi tetap. Namun, tidak semua orang mengetahui dan mengerti proses tersebut. Seringkali gigi susu pada anak tidak mau goyah dan tanggal. Dimulai dari lahir samÂpai umur enam bulan (Predental Period) yang terdiri dari fase Gum Pads dan fase Precociously Erupted Primary Teeth; dilanjutkan ke masa gigi geligi sulung atau susu (Deciduis Dentition Period) dari usia enam buÂlan hingga lima tahun.
Lalu memasuki masa gigi geligi peralihan atau bercampur (Mixed Dentition Period) di usia enam taÂhun hingga 12 tahun sebelum meÂmasuki masa gigi geligi tetap (PerÂmanent Dentition Period). Seperti dipaparkan oleh drg Prisilia Paseru yang berpraktek di RSIA Melania Bogor.
“Pembentukan benih gigi terÂjadi sejak dalam kandungan di usia lima minggu. Benih tersebut akan berkembang dan mengalami proses kalsifikasi sehingga terbentuk email dan dentin. Proses ini memakan waktu yang panjang,†ungkapnya.
Pembentukan mahkota gigi suÂlung atau susu dimulai dari kandunÂgan hingga bayi berumur beberapa bulan. Demikian juga pembentukan akar gigi juga membutuhkan waktu yang lebih lama, bahkan ketika gigi sudah muncul di dalam mulut, akar gigi belum seluruhnya terbentuk.
Dipaparkannya, yang harus menjadi perhatian orangtua di usia pertumbuhan anak adalah di usia enam tahun dimana di mulailah masa peralihan, karena pada usia ini mulai tumbuh gigi geraham pertama (Six years molar) yang posisinya teÂpat dibelakang gigi geraham sulung/ susu. Dengan bertambahnya usia anak, gigi susu akan diganti secara bertahap sejalan dengan pertumbuÂhan gigi tetap.
Pada proses ini terjadi tekanan pada akar gigi sulung atau susu seÂhingga terjadi resorpsi atau pengikiÂsan akar gigi susu dan tulang di sekitarnya.Jika akar gigi susu atau sulung dan tulang disekitarnya terÂkikis semua, maka gigi susu akan goyang (Eksfoliating).
Tapi, lanjutnya, dalam proses pergantian gigi ini, sering kali gigi sulung atau susu tidak goyang, tetaÂpi gigi tetap atau permanen sudah terlihat. Akibatnya jumlah gigi terÂlihat lebih banyak dan berjejal. KeÂadaan seperti ini disebut Persistensi.
“Persistensi bisa terjadi di semua jenis gigi sulung atau susu, tetapi lebih sering terjadi pada gigi seri bawah, gigi taring bawah dan atas serta gigi geraham kecil. GamÂbaran seperti ini sering dijumpai pada anak-anak di usia sekolah dasar,†ujar dokter lulusan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Trisakti ini.
Gigi persistensi yang terjadi biÂasanya mengalami kegoyangan atau tidak goyang . Hal ini biasanya kareÂna gigi permanent atau pengganti tumbuh tidak tepat berada dibawah gigi sulung/susu sehingga gerakan tumbuh gigi permanen tidak megiÂkis atau hanya sedikit mengikis akar gigi sulung. Akibatnya gigi sulung tiÂdak goyang sekalipun gigi permanen sudah tumbuh (terlihat). Solusinya adalah mencabut gigi sulung ini agar gigi tetap yang tidak pada tempatÂnya segera menyesuaikan dan kemÂbali berada dalam lengkung rahang yang baik.
Untuk dapat mengetahui kapan sebaiknya gigi anak dicabut, sebaiÂknya berkonsultasi pada dokter gigi untuk dapat penjelasan yang tepat. Karena pergantian gigi pada anak usia sekolah dasar sifatnya sangat individual (tiap anak berbeda-beda).
“Dianjurkan untuk memerikÂsakan gigi anak secara berkala ketiÂka mulai memasuki usia 2 tahun. TuÂjuannya untuk Dental Examination dan mengajari anak untuk terbiasa ke dokter gigi,†pungkas dokter kelahiran Palu, 27 Agustus 1977 ini.