Oleh Heru B. Setyawan (Pemerhati Pendidikan & Ketua Divisi Literasi IGI Kota Bogor)

Istilah blusukan yaitu gerakan seorang pemimpin dengan turun langsung ke rakyat sangat terkenal sebagai icon dari Presiden RI ke 7 Joko Widodo atau yang terkenal dengan julukan Jokowi. Dengan gaya blusukan yang sangat merakyat, apa adanya, sederhana dan secara massif diberitakan oleh media cetak dan elektronik, Jokowi berhasil meraih simpati rakyat Indonesia sehingga Beliau berhasil menjadi Walikota Surakarta (Solo) dua periode, Gubernur DKI Jakarta dan puncaknya menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Padahal kalau kita belajar sejarah ternyata gaya “blusukan“ ini sudah dilakukan oleh teladan kita Rosulullah SAW dan para sahabatnya 1400 tahun yang lalu.  Itulah hebatnya seorang Jokowi lihai meniru gaya kepemimpinan blusukan model Rosulullah SAW dan sukses menuai hasil.

Meski blusukan ini ada yang pro dan kontra, kecuali blusukan model Rosulullah dan para sahabat yang penuh keikhlasan dan hanya mencari ridho Allah SWT. Berbeda dengan gaya blusukan seorang pejabat sekarang, karena biasanya seorang pejabat mau melakukan kegiatan blusukan hanya menjelang Pilkada atau Pilpres, setelah pesta demokrasi berakhir biasanya para pejabat ini wasalam. Dengan kata lain kegiatan blusukan penuh nuansa pencitraan dan banyak berbau rekayasa.

Dan Alhamdulillah gaya blusukan model Jokowi ini dilanjutkan oleh seorang Bima Arya Walikota Bogor. Tapi gaya blusukan ala Bima Arya ini lain, karena lebih canggih, kreatif dan dilakukan oleh Bima Arya jauh sebelum Pilkada dilaksanakan serta tetap dilakukan bahkan lebih intensif sewaktu sudah menjadi Walikota. Bahkan Bima Arya sempat riset ke Solo untuk menanyakan secara lansung kepada masyarakat tentang keberhasilan blusukan Jokowi.

Inilah yang membedakan gaya blusukan ala Bima Arya dengan Jokowi atau pejabat yang lain, hal ini wajar karena beliau adalah lulusan  doktor luar negeri ilmu politik dan mantan pengamat politik. Kalau gaya blusukan Jokowi terkesan sederhana dan apa adanya, sehingga Jokowi sempat mendapat julukan calon Presiden wong ndeso, sedang blusukan model Kang Bima Arya lebih terkonsep dan terencana. Berikut adalah gaya blusukan ala Kang Bima Arya, yaitu:

BACA JUGA :  KUSTA, KENALI PENYAKITNYA RANGKUL PENDERITANYA

Pertama, Bima Arya sudah melakukan gaya blusukan jauh sebelum menjadi Walikota, Bima Arya pernah bilang pada bukunya yang berjudul “Titik Balik Bima Arya” saya ingin membumikan ilmu yang pernah saya dapat selama ini, sehingga gaya blusukan Bima Arya lebih  terkonsep dan terencana. Gaya blusukan Bima Arya yang terkonsep dan terencana adalah sebagai berikut:

Mendirikan organisasi masyarakat Paguyuban Bogor. Dengan membuat ormas Paguyuban Bogor, Bima Arya ingin merangkul semua masyarakat Bogor yang Bhinneka Tunggal Ika. Dengan adanya ormas Paguyuban Bogor, orang Bogor menjadi senang dan bangga menjadi warga Bogor.

Bima Arya paham benar pentingnya ilmu sosialisasi politik, sehingga setelah Paguyuban Bogor terbentuk, Bima Arya membentuk dan memberdayakan kelompok Reog Sunda yang dinamai “d’guyub”. Melalui program Reog Ontrong Kota (Retro Kota), diselipkan pesan-pesan sosial seperti menjaga kebersihan, rajin belajar, jauhi narkoba, menjaga kerukunan antar warga dan sebagainya. Tak hanya itu Bima Arya juga mendukung budaya etnis Cina yaitu Barongsai, dengan memprakarsai serta mendukung acara Cap Go Meh sehingga etnis Cina sangat senang sama Kang Bima Arya.

Bima Arya juga membuat kegiatan B-Next yaitu sebuah lomba calon pemimpin masa depan dikalangan peserta didik SMA/SMK se Kota Bogor. Kegiatan ini jelas untuk menggaet pemilih pemula.

Dan terakhir sebelum menjadi Walikota Bogor, Bima Arya membuat kegiatan yang melibatkan MURI (Museum Rekor Indonesia), yaitu berupa “Mengajar 18 Jam Nonstop”. Kegiatan ini  berupa Kang Bima Arya mengajar non stop selama 18 jam, istirahat sewaktu makan dan shalat saja. Kang Bima Arya mulai  mengajar setelah shalat subuh di majelis taklim, kemudian ke  TK, SD, SMP, SMA/SMK dan PT sampai malam.

Kedua, Bima Arya tetap melakukan blusukan setelah menjadi Walikota Bogor. Berikut jenis blusukan yang pernah dilakukan Bima Arya setelah menjadi Walikota Bogor, yaitu:

Pada permulaan menjadi Walikota Bogor, Bima Arya melakukan blusukan ke warga tiap hari sabtu dan bergantian dengan Wakil Walikota Usmar Hariman. Karena mungkin hari sabtu Bima Arya banyak agendanya, maka blusukan tiap hari sabtu tidak dilakukan lagi.

BACA JUGA :  KUSTA, KENALI PENYAKITNYA RANGKUL PENDERITANYA

Bima Arya juga sering melakukan blusukan di sekolah-sekolah di Kota Bogor dan menjadi pembina upacara. Bima Arya memang sangat peduli dan mementingkan dunia pendidikan, karena beliau adalah mantan seorang dosen Universitas Paramadina sebelum menjadi Walikota. Setiap menjadi pembina upacara, Bima Arya selalu memberi motivasi dan inspirasi kepada peserta didik dan guru. Blusukan Bima Arya di sekolah ini sangat mengena dan berhasil karena Bima Arya seorang Walikota yang masih tergolong muda, gaul, aktif berorganisasi sewaktu sekolah dan kuliah, sehingga peserta didik, guru dan Bima Arya sendiri sangat senang serta menikmati blusukan ini.

Kemudian Bima Arya juga punya program berkantor di Kelurahan setiap hari kamis secara bergantian. Dengan program ini Bima Arya berharap mengetahui secara langsung semua permasalahan yang ada di masyarakat, khususnya segala sesuatu yang berhubungan dengan pelayanan publik, yang selama ini banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Sampai pemerintah membentu Saber Pungli (Sapu Bersih Pungutan Liar). Penulis berpendapat ini program yang kreatif dan mungkin di Indonesia hanya ada di Kota Bogor. Para Lurah dan masyarakat juga senang dengan program ini, karena rakyat dapat mudah bertemu dengan pemimpinnya, sementara aparat di tingkat kelurahan semakin kenal dengan Walikotanya.

Dan yang terakhir program blusukan Bima Arya yang paling keren adalah”Tenda Bima Arya”. Program Tenda Bima Arya adalah program dimana Walikota Bogor Bima Arya tidur di tenda (camping) bersama masyarakat setiap sebulan sekali. Program Tenda Bima Arya berisi kegiatan: kunjungan ke warga kurang mampu dengan membantu membangun RTLH (Rumah Tidak Layak Huni), curhat bersama Bima Arya (warga diberi kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan unek-unek ke Walikotanya), ngaliwet (makan nasi liwet secara bersama-sama dengan warga), ngeronda (Bima Arya ikut ronda bersama warga), shalat subuh berjamaah bersama warga di Masjid/Musholla  dan yang terakhir mengadakan jalan santai bersama warga.

============================================================
============================================================
============================================================