BOGOR, TODAYÂ – Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi (RSUD) Ciawi mencatat, telah menangani sedikitnya 200 penÂderita HIV/AIDS hingga Oktober 2015, yang didominasi kaum ibu. Mereka diÂdominasi oleh pekerja seks komersil (PSK).
“Ada 200 orang, itu penderita AIDS yang datang ke pusat pelayanan kami di RSUD Ciawi. Semuanya merupakan warga Bogor,†ungkap Wakil Direktur Pelayanan RSUD Ciawi, Wiwik WidyasÂtutidi, Selasa (1/12/2015).
Ia menjelaskan, penanganan HIV/ AIDS merupakan komitmen global, hal tersebut dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi dan mencegah mereka dari infeksi penyakit berbahaya tersebut.
Pada saat awal adanya pelayanan di RSUD Ciawi, pihaknya mengaku belum maksimal untuk memberikan pelayanÂan kepada pasien HIV/AIDS meski jumÂlahnya terus meningkat.
“Sedikit demi sedikit kami memperÂsiapkan diri untuk itu, dari pemerintah provinsi juga meminta untuk pelatihan para dokter dan perawat,†kata Wiwik.
RSUD Ciawi, kata dia, telah menyeÂdiakan satu dokter serta perawat sebÂagai dokter konselor yang menangani penyakit tersebut. Bahkan pada saat ini, penyediaan obat untuk virus mematiÂkan tersebut telah tersedia lengkap.
“Di sini ada Dokter Bertha, dia seÂbagai konselor. Saat awal buka pelayÂanan, kami terbatas soal obat sehingga kami bekerjasama dengan RS Marzoeki Mahdi. Sekarang kami berusaha untuk mendapatkan obat sendiri agar tidak reÂpot,†terang Wiwik.
Dinas Kesehatan (Dinkes) KabupatÂen Bogor menyebutkan ada 800 warga yang positif terjangkit HIV/AIDS.
â€Diduga masih banyak warga yang terinfeksi penyakit mematikan ini, †kata Kepala Dinkes Kabupaten Bogor, Dr Camalia Wilayat, kemarin.
Bahkan mantan Dirut RSUD Ciawi ini menegaskan, data ratusan warga di Kabupaten Tegar Beriman ini positif terÂjangkit HIV/Aids didapat dari sejumlah pemeriksaan kesehatan, termasuk saat dilakukan razia bersama instansi penÂegak hukum lainnya.
“Kami harus serius untuk hal ini. Angka 800 itu sangat merisaukan kami,â€kata dr Camalia.
Dia mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS ini bisa bertambah lagi. PasÂalnya, pihaknya menemukan pada penÂderita HIV/AIDS ini melalui sejumlah pemeriksaan kesehatan dan operasi.
“Ini luar biasa. Ibarat fenomena guÂnung es, angka 800 ini baru nampak permukaannya sedikit, belum masuk ke tengah apalagi dasarnya. Sangat merisaukan,â€ujarnya.
Ia menambahkan, pihaknya kesuliÂtan dalam mendata warga yang memiÂliki potensi mengidap penyakit HIV/ AIDS.
Pasalnya, ada rasa malu dan faktor lain, membuat mereka yang mungkin sudah positif terjangkit tapi enggan memeriksa kebagian kesehatan.
Faktor yang menunjang peningkaÂtan penyebaran HIV/ Aids, karena temÂpat prostitusi yang selama ini masuk dalam pengawasan dinas kesehatan, sudah tidak ada lagi.
Disatu sisi, para pelaku penjaja seks komersial masih ada. Mereka berkeÂliaran dengan mengontrak di rumah warga dan melayani tamu dengan sistim antar jemput.
(Rishad Noviansyah)