Kecemasan menantikan kehadiran bayi dan depresi pasca melahirkan atau yang dikenal sebagai baby blues syndrome seringkali menghinggapi para ibu muda. Namun ternyata, syndrome ini juga bisa menghinggapi para ayah loh!
Oleh : ADILLA PRASETYO W
[email protected]
Pasca melahirkan tentuÂnya akan muncul perÂasaan pada diri seorang ibu merasa senang, haru sekaligus lega karena perjuangan selama sembiÂlan bulan selama masa kehamilan dan proses melahirkan telah terleÂwati dengan selamat.
Kini hadir buah hati yang akan senantiasa menemani hari-hari ibu. Namun beberapa hari kemuÂdian, justeru perasaan senang yang menghinggapi kini berubah menjadi rasa penuh kesedihan dan khawatir. Hampir 50 persen ibu mengalami rasa sedih dan khaÂwatir pasca melahirkan. Kondisi ini dinamakan sebagai Baby Blues Syndrome.
Kecemasan dalam menantiÂkan kehadiran bayi adalah hal yang alami terjadi. Ketika depresi pasca melahirkan sudah dikenal luas, para ahli memperingatkan ada kondisi mental lain yang juga berbahaya.
Kecemasan sebelum kelahiÂran anak adalah hal biasa seperti halnya depresi pasca melahirkan, berdasarkan studi yang dilakukan oleh para ilmuwan Australia. MerÂeka mengatakan, risiko depresi pada ayah baru hampir sama tingginya dengan ibu baru.
Peneliti kesehatan mental DokÂtor Liana Leach dari Universitas National Australia mengulas 43 studi terpisah untuk sampai pada kesimpulannya. Mereka mengungÂkap kecemasan sebelum dan sesuÂdah bayi dilahirkan.
Dilaporkan oleh NBC News, Leach mengatakan bahwa laki-laki dapat merasa diabaikan saat proses tersebut, karena kehamilan dan persalinan sangat menyatu dengan ibu. Dia berkata bahwa hal tersebut dapat menamÂbah masalah. “Mereka (ayah) tidak mencari bantuan karena mereka berpikir, ini bukan tentang saya,†katanya.
Sementara, hasil penelitian terhadap individu bervariasi, beÂberapa studi melaporkan lebih dari 20 persen orang tua menÂgalami kecemasan atau depresi. “Memiliki bayi baru diperlukan penyesuaian besar bagi banyak orang tua, normal jika mereka menjadi gugup,†lanjutnya.
Namun, kecemasan menjadi masalah ketika dia bertahÂan untuk waktu yang lama dan mengÂganggu fungsi sehari-hari . Gejala dari kondisi ini di antaÂranya, kekhaÂwatiran sepanjang waktu, mudah marah, dan khawatir berlebihan atas keselamatan bayi.
Gejala fisik meliputi janÂtung berÂdetak kencang, berkerÂingat, kurang tidur, dan kurang nafsu makan. Leach mengatakan pertolonÂgan yang bisa diberikan adalah mengunjungi dokter ketika gejala itu muncul.
“Pasangan harus menyadari kesehatan mental mereka, tepat ketika menyadari pasangan merÂeka hamil. Intervensi di awal dapat mengurangi keparahan dan jangka waktu terjadinya gejala,†lanjutÂnya.
Dia menambahkan, risiko ceÂmas pada orang tua akan meninÂgkat jika merka kurang mendapatÂkan dukungan sosial, terutama jika pasangan mengalami masalah keuangan dan memiliki sejarah masalah kesehatan mental.
Baby Blues SyÂindrome yang biasa juga dikenal sebÂagai PostÂp a rtum Distress S y n Âdrome meruÂp a k Âa n suatu kondisi dimana muncul perasaan gundah gulana atau adÂanya perasaan sedih yang di alaÂmai oleh para ibu pasca melahirÂkan.
Kondisi ini biasanya terjadi pada 14 hari pertama pasca melaÂhirkan dan cenderung memburuk pada 3 ata 4 hari pasca melahirÂkan. Namun jika ibu mengalami kondisi yang sama melebihi batas normal 2 minggu, maka baiknya ibu berkonsultasi dengan dokter, karena di khawatirkan mengalami Postpartum Depression.
Banyak kalangan menilai adalah hormon yang menyebabÂkan ibu mengalami baby blues syndrome. Pada saat kehamilan, ibu banyak mengalami perubahan besar baik fisik maupun non fisik termasuk di dalamnya perubahan hormon. Begitu juga pasca melaÂhirkan, perubahan tubuh dan horÂmon kembali terjadi lagi.
Perubahan-perubahan yang kembali terjadi pada diri anda akan sangat mempenngaruhi perasaan ibu. Penurunan secara drastis kadar hormon estrogen dan progesteron serta hormon lainnya yang di produksi oleh kelenjar tiroid akan menyebabkan ibu sering mengalami rasa lelah, depresi dan penurunan mood.
Selain hormon, hadirnya si keÂcil yang harus betul-betul diawasi, dipenuhi perhatiannya, diasuh siang dan malam banyak menguÂras tenaga ibu, sehingga ibu menÂgalami keletihan dan kurang waktu istirahat. Perubahan pola hidup ini juga sebagai faktor banyak ibu pasÂca melahirkan mengalami depresi.
Selain itu kecemasan yang menghantui para ibu, kecemasan akan masa depan anak, kecemaÂsan apakah mampu atau tidaknya membesarkan anak dengan baik, dan kecemasan lainnya yang menghantui ibu juga bisa memicu baby blues syndrome. (*)