Untitled-1BANYAK pengembang yang menunggu penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia alisan BI Rate. Sebab, penurunan suku bunga acuan akan diikuti dengan penurunan suku bunga kredit, termasuk suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR).

Oleh : Alfian Mujani
[email protected]

Salahsatu pengembang yang ten­gah menanti penurunan BI rate adalah PT Ciputra Residence. Aalah satu anak usaha properti Grup Ciputra berharap BI dapat menurunkan suku bunga acuan. Kebijakan tersebut dinilai bisa memberikan angin segar bagi industri properti tahun depan. “Kalau BI rate turun, itu bagus,” kata General Manager Marketing Ciputra Resi­dence Yance Onggo di Maja, Banten, Rabu (9/12/2015) kemarin.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI No­vember lalu memutuskan untuk mempertahankan BI rate di level 7,5 persen karena mempertimbangkan ketidakpastian ekonomi global. Dengan alasan yang sama, BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility tetap 8 persen.

Namun demikian, BI juga melakukan kebijakan pelonggaran moneter dengan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) primer dalam rupiah dari 8 persen men­jadi 7,5 persen, yang berlaku efektif per 1 Desember 2015.

Belakangan BI juga mempertimbang­kan untuk melakukan penurunan tingkat suku bunga acuan (BI rate) 0,5% secara bertaham pada tahun 2016. Penurunan ini akan disesuaikan dengan kondisi makro ekonomi dan tingkat inflasi nasional.

Suku bunga kredit, lanjut Yance, sangat mempengaruhi penjualan properti. Ia men­gungkapkan penjualan properti yang dito­pang oleh perbankan porsinya mencapai 50-60 persen. “Sebenarnya yang direct mem­pengaruhi langsung adalah BI rate,“ ujarnya.

Pentingnya suku bunga kredit bisa tercermin dari penjualan 7 ribu unit rumah tipe Rumah Sederhana (RS) dan Real Estat (RE) di proyek Kota Mandiri Citra Maja Raya, Banten, sebagian besar menggunakan fasili­tas Kredit Pemilikan Rumah (KPR). “60 persen KPR, 30 persen pembayaran bertahap di kita, sisa 10 persennya cash keras,” kata Yance.

Secara umum, Yance meyakini kondisi industri properti tahun depan akan lebih baik dibandingkan ta­hun ini. Hal itu didukung oleh prediksi pertumbuhan eko­nomi yang lebih baik. Adapun produk properti yang menjadi primadona adalah hunian dengan harga terjangkau yang berkisar di Rp 100 juta–Rp 500 juta per unit.

“Saya rasa permintaan un­tuk affordable house tahun de­pan akan semakin tinggi,” kata Yance. (cnn-i)

============================================================
============================================================
============================================================