news_26788_1418551609PERGERAKAN Indeks Harga Saham Gabungan di s epanjang periode 25 hingga 29 Januari 2016 mengalami penguatan 3,55% ke posisi 4 .615,163, jika dibandingkan penutupan di pekan sebelumnya yang berada di level 4,456.744. Pada perdagangan hari terakhir di pek an ini, IHSG ber hasil ditutup menguat 0,27%.

Oleh : ALFIAN MUJANI
[email protected]

Selama pekan keempat di Januari 2016, investor asing mencatatkan beli bersih di pasar saham dengan nilai Rp 1,58 tril­iun. Secara tahunan, aliran dana investor asing di pasar saham ma­sih tercatat jual bersih dengan ni­lai Rp 2,32 triliun.

Rata-rata nilai transaksi har­ian di Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan ini mengalami kenaikan 24,97% menjadi Rp 5,56 triliun dari Rp 4,45 triliun di akhir pe­kan lalu. Rata-rata volume trans­aksi harian mengalami kenaikan 30,35% dan rata-rata frekuensi harian mengalami kenaikan 11,38%. Demikian disampaikan BEI dalam keterangan resminya, Minggu (31/1/2016).

BEI menilai, keputusan Lemba­ga Pemeringkat Moody’s Investor Service terkait dengan peringkat Indonesia akan berdampak posi­tif terhadap pertumbuhan per­ekonomian Indonesia. Peringkat tersebut juga akan membuat In­donesia, khususnya pasar modal domestik akan semakin dipercaya sebagai negara tujuan investasi oleh para pemodal baik di dalam maupun di luar negeri.

BACA JUGA :  15 Kali Guguran Lava Diluncurkan Gunung Merapi, BPPTKG: Jarak Luncur Sejauh 1.800 Meter

Direktur Utama BEI Tito Su­listio menanggapi keputusan Lembaga Pemeringkat Moody’s Investors Service yang kembali mengafirmasi peringkat Indone­sia pada level layak investasi (in­vestment grade). Menurut Tito, ketika perekonomian dunia dilan­da resesi, laju perekonomian In­donesia memang tergolong stabil.

Hal tersebut terlihat dari laju in­flasi di sepanjang 2015 yang menca­pai 3,35% secara tahunan (Januari hingga Desember 2015) atau meru­pakan yang terendah dalam lima tahun terakhir sejak 2010. Di sisi lain, tingkat imbal ha­sil pasar modal Indonesia dalam lima tahun tera­khir masih merupakan yang tertinggi (atau 178,51%) jika diband­ingkan pasar modal lain di kawasan Asia Tenggara seperti Thai­land (169,61%), Malaysia (127,95%), dan Singapura (90,79%).

“Ke depannya, serangkaian pro­gram pengembangan yang telah dan akan kami lakukan akan kami buat dengan lebih baik lagi untuk menunjang pertumbuhan pasar modal dalam jangka menengah dan jangka panjang,” tambah Tito.

BACA JUGA :  Tawuran Remaja di Bandarlampung Tewaskan 1 Orang, 2 Orang Ditetapkan Tersangka

Sebelumnya, dalam siaran per­snya, Moody’s menegaskan bahwa permintaan akan peringkat utang negara (sovereign credit rating/ SCR) Republik Indonesia pada Baa3/ stable outlook. Terakhir kali Moody’s melakukan afirmasi atas SCR Indo­nesia pada Baa3/stable outlook di­lakuka pada 18 Januari 2012 silam.

Beberapa faktor kunci yang mendukung keputusan afirmasi bagi SCR Indonesia kali ini adalah pengelolaan keuangan pemerintah yang kuat di tengah peningkatan defisit fiskal. Selain itu, respon dan kebijakan efektif yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia menjadi faktor kunci lainnya, khu­susnya kebi­jakan

dalam mengelola risiko terhadap penurunan harga komoditas dan volatilitas pasar keuangan interna­sional.

Outlook stabil dinilai Moody’s juga mencerminkan bahwa per­ekonomian Indonesia me­miliki ketahanan yang baik khususnya dalam menghadapi tekanan eksternal sebagai akibat dari pelemahan harga komoditas dunia Sehingga meskipun tekanan eksternal terhadap pertum­buhan ekonomi dunia kemung­kinan masih akan tetap terjadi, namun

perekonomian Indonesia diyakini masih akan mampu untuk tetap tumbuh lebih baik dibandingkan negara dengan peringkat yang sama. (detikfinance)

============================================================
============================================================
============================================================