JAKARTA, TODAY-Pertumbuhan apartemen di sejumlah kota lapis kedua Indonesia mulai menunjukÂkan percepatan, menandai semaÂkin tingginya minat terhadap huÂnian vertikal di kota-kota Indonesia seiring kian terbatasnya lahan.
Head of Research & Advisory Cushman & Wakefield Indonesia, Arief Raharjo mengungkapkan, dalam tiga hingga empat tahun mendatang, pasokan apartemen baru di luar Jakarta akan semakin tinggi, terutama apartemen yang menyasar kelas menengah dan menegah ke bawah.
“Yang sekarang sudah jadi memang kebanyakan di Jakarta. Namun, tiga sampai empat tahun mendatang yang masuk justru banyak di luar Jakarta dibandingÂkan Jakarta. Itu mencakup juga yang di luar Jabodetabek,†katanya melalui sambungan telepon, dikuÂtip Minggu (22/5/2016).
Tren tersebut menurutnya disebabkan oleh kian mahalnya harga lahan di kota sehingga pengembang cenderung akan membangun hunian secara vertiÂkal. Kebutuhan terhadap hunian di tengah kota pun akan meningkatÂkan permintaan terhadap aparteÂmen secara alami.
Oleh karena itu, daya saing apartemen terhadap rumah tapak akan ditentukan oleh tingkat harga yang lebih rendah. Tingginya harÂga apartemen di Jakarta akan meÂnyebabkan permintaan di wilayah penyangganya akan lebih tinggi.
Meskipun total pasokan baru apartemen di kota-kota sekunder sepanjang kuartal pertama tahun ini belum mampu menyaingi JaÂkarta dan Surabaya, tetapi tingkat pertumbuhannya mulai bergerak lebih cepat.
Riset Coldwell Banker ComÂmercial Indonesia (CBCI) menunÂjukkan, rata-rata pertumbuhan pasokan apartemen secara kuarÂtalan di Jabodetabek dan sepuluh kota lainnya pada kuartal pertama tahun ini mencapai 5,85 persen, sedangkan permintaan tumbuh 4,71 persen.
Kesepuluh kota tersebut menÂcakup Bandung, Surabaya, Medan yang dikelompokkan sebagai esÂtablishd cities, atau kota maju yang pertumbuhan properti komersialÂnya sudah dimulai sejak era tahun 1990-an.
Selanjutnya, kota Semarang, Makassar, Yogyakarta, dan BalikÂpapan yang dikategorikan sebagai emerging cities, atau kota yang mulai menunjukkan pertumbuÂhan properti komersial high rise cukup pesat dalam sepuluh tahun belakangan. Bodetabek termasuk kategori ini.
Setelah itu, Solo, Pekanbaru, Palembang yang dikategorikan seÂbagai promising cities, yang mana pertumbuhan properti komersialÂnya belum mencapai lima tahun. Pasar properti di sini masih didomiÂnasi oleh residensial dan pelan-pelan diikuti hotel dan ritel untuk menoÂpang kebutuhan akomodasi.
Director of Strategic Advisory Coldwell Banker Commercial Indonesia Tommy H. Bastamy mengatakan, pertumbuhan pasoÂkan dan permintaan apartemen di emerging cities tumbuh lebih cepat dibandingkan kota lainnya di Indonesia.
Pertumbuhan pasokan terÂtinggi terjadi di Yogyakarta mencaÂpai 39,83 persen atau bertambah 2.190 unit dari total pasokan yang ada sebanyak 5.498 unit. Total unit kini mencapai 7.688 unit. SemenÂtara itu, dari segi permintaan, tumÂbuh sebesar 34,76 persen.
Menyusul setelah Yogyakarta yakni Bodebek dengan pertumÂbuhan pasokan 11,12 persen, lalu Banten/Tangerang 9,6 persen, dan Semarang 6,26 persen. PertumbuÂhan permintaan ketiganya masing-masing 9,34 persen, 4,42 persen, dan 1,2 persen.
“Faktor penting di balik kesukÂsesan sejumlah proyek apartemen yang baru diluncurkan yakni harÂganya yang rendah dan rencana pembayarannya yang menarik,†katanya seperti dikutip dalam riset Coldwell.
Tommy mengatakan, tren pembangunan unit apartemen yang semakin menyasar kalanÂgan menengah dan menengah ke bawah menyebabkan tekanan terÂhadap pertumbuhan harga aparteÂmen sepanjang kuartal pertama tahun ini.
Rata-rata harga apartemen turun 0,15 persen pada kuartal pertama tahun ini. Beberapa kota yang menunjukkan pertumbuhan harga negatif yakni Jabodetabek, Semarang, Medan, dan YogyakarÂta.
(Winda/bisnis)
Bagi Halaman