092186700_1450416415-1SEBUAH studi baru menun­jukkan bahwa dalam terapi banyak jenis kanker, perbe­daan genetika pada pria dan wanita dapat memengaruhi perkembangan dan agresi­vitas kanker. Juga memen­garuhi bagaimana pasien menanggapi pengobatan.

Para peneliti mengatakan temuan mereka dapat mem­pengaruhi pengembangan obat dan strategi untuk mencegah dan mengobati kanker dengan memer­timbangkan jenis kelamin pasien.

“Efek gender dalam analisis molekuler diabai­kan di lapangan. Dokter harus tahu apakah ada terapi yang lebih ampuh untuk pria dan wanita “ kata Han Liang, profesor bioinformatika dan biologi komputasi.

Untuk penelitian ini, Dr. Liang dan rekan-rekannya menganalisa data dari seki­tar 3.200 pasien di Can­cer Genome Atlas. Mereka menemukan delapan jenis kanker di mana perbe­daan karakteristik molekuler sangat terkait dengan perbedaan j e n i s k e l a ­min pria dan wanita dalam mengembangkan kanker dan tingkat risiko kematian.

Tingkat keganasan yang diduga dipengaruhi je­nis kelamin, di antaranya adalah kanker kandung kemih, kepala dan leher, tiroid, hati paru-paru dan ginjal.

Lima jenis kanker lain­nya yaitu glioma tumor otak dan glioblastoma, usus be­sar dan rektum, tidak ter­lalu dipengaruhi perbedaan jenis kelamin. Jenis kanker lainnya tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

BACA JUGA :  6 Manfaat Madu Hitam bagi Kesehatan Tubuh

Ahli onkologi yang tidak terlibat dengan penelitian tertarik dengan temuan ini, namun men­gatakan masih terlalu dini un­tuk menggu­nakannya dalam memandu pengobatan.

“Ini meletakkan dasar bagi kita untuk mengek­splorasi hal-hal tertentu leb­ih lanjut. Temuan ini belum bisa mengubah apa yang sudah kita lakukan saat ini,” kata John Heymach, kepala departemen kanker leher, dada dan kepala.

Salah satu alasannya adalah bahwa penelitian lan­jutan diperlukan untuk lebih memahami manfaat dan risiko pengobatan berdasar­kan gen gender. Lainnya adalah bahwa perbedaan g e n e t i k y a n g diiden­tifikasi o l e h penel­i t i , mung­kin lebih umum ter­jadi di salah satu jenis kelamin dari­pada jenis kelamin lainnya, tidak terlihat di semua penderita kanker pria atau semua penderita kanker wanita.

Dr. Liang mengatakan, temuannya mungkin memiliki implikasi un­tuk merancang uji kli­nis lebih lanjut. Studi ini menemukan bahwa gen kanker yang dise­but SRC jauh lebih ak­tif dalam tumor kepala dan leher pada wanita dibandingkan pada pria.

BACA JUGA :  Ternyata Durian Tak Hanya Enak tapi Banyak Manfaat bagi Kesehatan, Simak Ini

Ahli onkologi sudah mempertimbangkan gender dalam pengobatan dalam kasus-kasus terbatas. Mis­alnya, mutasi terkait faktor pertumbuhan epidermal reseptor, atau EGFR, yang lebih sering terjadi pada wanita yang tidak merokok namun didiagnosis kanker paru-paru. Pasien tersebut tampaknya memiliki prog­nosis yang lebih baik terha­dap obat Tarceva.

“Bahkan jika mereka mendapatkan perlakuan yang sama, wanita cender­ung memiliki hasil yang leb­ih baik daripada pria,” kata Dr. Heymach.

Di luar implikasi pengo­batan, hasil penelitian Dr. Liang juga menggambarkan potensi pengumpulan da­tabase untuk mendapatkan wawasan baru mengenai genetika kanker, kata Roy Herbst, kepala onkologi me­dis di Yale Cancer Center, di New Haven, Conn.

“Kami jadi berpikir, bahwa pemahaman yang lebih baik tentang biologi dan etiologi kanker akan menghasilkan pengo­batan yang lebih baik,” katanya. (Latifa Fitria/ NET)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================