CIBINONG, TODAY– Segala upaya dilakukan Pemerintah KaÂbupaten Bogor untuk menggenÂjot Rata-rata Lama Sekolah (RLS) yang hingga kini masih dikisaran angka 8,04 tahun, masih sangat jauh dari target 9 tahun yang menjadi salah satu penciri KabuÂpaten Termaju di Indonesia.
Gerakan Pendidikan PemÂberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) pun dicanangkan, Selasa (31/5/2016). Selain mendongkrak RLS, gerakan ini juga diyakini mampu mengentaskan buta akÂsara yang kemudian berimbas pada peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat.
“Dengan gerakan ini, KabuÂpaten Bogor bisa melompat lebih tinggu dan berlari lebih cepat dalam menjamin pemerataan kesempatan belajar di semua jenjang jenjang. Paling penting, ini mampu menekan angka Drop Out (DO) yang jadi penghalang wajib belajat 9 tahun,†kata BuÂpati Bogor, Nurhayanti.
Menurut Nurhayanti, ada tiga faktor yang masih menjadi kenÂdala terbesar dalam dunia pendidiÂkan di Bumi Tegar Beriman. Yakni mengurangi angka DO, pengenÂtasan buta aksara bagi masyarakat berusia 15-60 tahun dan mencapai wajib belajar 9 tahun.
Untuk memuluskan langkah-langkah itu, program pembelaÂjaran kejar paket pun mulai diÂgalakkan. Mulai dari Paket A, B dan C, disamping program desa mengajar, dengan mengembangÂkan pembelajaran lewta kegiatan belajar masyarakat dan lebaga pendidikan khusus.
“Sejak disosialisasikan pada 2015 lalu dan baru dilaksanakan tahun in, Paket A mampu menÂjaring 200 masyarakat untuk belajar, Paket B 425 dan 375 maÂsyarakat dalam Paket C. Khusus RLS, kami akan terus genjot agar target tercapai pada 2018 nanti,†tukas Yanti.
Pemerintah Kabupaten Bogor, kata Yanti, mendapat sokongan dari APBN untuk mengembangÂkan 500 warga belajar di Paket A, Paket B 1.710 warga dan Paket C 1.430 warga belajar. Selain itu, ada juga Paket C Vokasional bagi 25 warga belajar dan pendidikan kecakapan perempuan bagi 250 warga.
“Paket C Vokasional 25 warga belajar dan pendidikan kecakaÂpan perempuan itu nanti ada di Desa Sukagali, Kecamatan MegaÂmendung,†tegasnya.
Ditempat yang sama, Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Yusuf Muhidin menjelaskan, pencananÂgan GP3M untuk memantik peran para perempuan dalam duni penÂdidikan di Indonesia nantinya.
“Kami berharap, gelora litÂerasi dan pemberdayaan peremÂpuan di Kabupaten Bogor dapat menyebar dan jadi pelopor di Indonesia,†kata dia.
Ia pun mengingatkan untuk meningkatkan kebiasaan memÂbaca yang menurutnya salah satu cara mencerdaskan warga IndoneÂsia. “Mencerdaskan manusia IndoÂnesia melalui literasi, sama artinya menyiapkan jalan menuju masa depan bangsa yang gemilang,†tandasnya. (Rishad Noviansyah)
Bagi Halaman