“Hal ini amat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah karena HDL berefek baik bagi kardiovaskuler, sedangkan LDL berefek negatif bagi pembuluh da­rah,” ungkapnya.

Penelitian endokrinologi menun­jukkan, pola makan yang rotatif saat berpuasa menyebabkan keluarnya hormon sistem pencernaan, seperti amilase dan insulin dalam jumlah besar, sehingga meningkatkan kuali­tas hidup dan kesehatan tubuh.

Lebih jauh, Taruna memaparkan bahwa secara biologis, orang yang berpuasa menahan lapar dan da­haga selama sekitar 14 jam. Selama itu, tubuh mengalami proses metab­olisme selama sekitar delapan jam.

BACA JUGA :  Kalap Makan Daging saat Lebaran, Coba 5 Makanan Ini yang Bisa Menurunkan Darah Tinggi

Rinciannya, empat jam makanan disiapkan dengan keasaman ter­tentu dibantu asam lambung yang dikirim ke usus. Empat jam kemu­dian, makanan diubah menjadi sari-sari makanan di usus kecil, lalu diserap oleh pembuluh darah dan dikirim ke seluruh tubuh. Adapun sisa waktu enam jam adalah waktu ideal bagi sistem pencernaan untuk beristirahat.

Secara psikologis, ketenangan dan pengendalian emosi saat ber­puasa menurunkan adrenalin. “Adrenalin memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pem­buluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, menin­gkatkan tekanan darah arterial, serta menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin menambah pembentukan Kolesterol dari lemak protein berke­padatan rendah. Itu semua menin­gkatkan risiko penyakit pembuluh darah, jantung, dan otak, seperti jantung koroner dan stroke,” pa­parnya

BACA JUGA :  Tak Khawatir Makan Rendang saat Lebaran, Ini Dia Resep Herbal ala Zaidul Akbar untuk Atasi Asam Urat

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================