Aksi Memeluk Kebun Raya Bogor diselenggarakan sekitar pukul 07.00 WIB, jadwal tersebut lebih awal dibandÂing jadwal semula yakni pukul 08.00 WIB. Faisal mengatakan, peserta yang teregistrasi mencapai 3.200 orang akan tetapi kebanyakan peserta datang terÂlambat ketika aksi selesai. “Rencananya aksi ini digelar setiap tahun. Tujuannya sebagai simbol kepedulian terhadap keÂlestarian Kebun Raya Bogor,” kata dia.
Kendati gagal memecahkan rekor MURI, aksi Memeluk kebun Raya tetap mendapat apresiasi dari Walikota Bandung, Ridwan Kamil yang datang bersama 30 Camat di Bandung.
“Secara simbolik, itu ada maknanÂya. Bahwa tanggung jawab terhadap kota, ada juga pada warganya. Dimulai dengan memelihara, dimulai dengan simbol memeluk yang kita cintai, sepÂerti memeluk Kebun Raya,” tutur Emil, sapaan Ridwan Kamil.
Pawai Kuda Keliling Istana
Selepas prosesi memeluk KRB, acaÂra kemudian dilanjut dengan pawai di sepanjang Jalan Sudirman, Bogor TenÂgah. Ikut meramaikan pawai, Walikota Bandung, Ridwan Kamil; Walikota BoÂgor, Bima Arya; Wakil Walikota Bogor, Usmar Hariman; Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Ade Sarip Hidayat, serta unsur-unsur Muspida dan sepuÂluh ribu warga Kota Bogor.
Mengenakan pakaian khas Sunda, Emil yang didampingi Bima Arya, mengikuti pagelaran seni dan budaya dengan menunggang kuda, kehadiÂrannya ini ternyata mengundang daya tarik bagi ribuan warga Kota Bogor.
Terlihat sebagian besar pengunjung yang melihat Emil langsung menyerbuÂnya, ada yang sekedar bersalaman dan ada pula yang meminta foto selfie.
Emil mengatakan, kehadiranya di Hari Jadi Bogor memang sengaja diÂlakukan bersama 30 camat Kota BandÂung untuk menunjukan solidaritas anÂtar sesama lembaga otonomi daerah.
Ia menambahkan, Kota Bandung dan Kota Bogor mempunyai kesamaan dalam hal permasalahan yang dihadapi serta perkembangannya. “Kota Bogor dan Kota Bandung juga sudah banyak kerja sama, terutama dalam membanÂgun Smart City. Saya mempunyai keÂharmonisan dengan Kang Bima. Lebih baik bersama-sama memajukan dan membangun kota-kota di Jawa Barat,” paparnya.
Sementara itu, pawai sendiri berÂlangsung semarak dengan menampilÂkan parade kendaraan-kendaraan hias, tari-tarian Sunda dan ribuan maÂsyarakat tumpah ruah di Jalan Jendral Sudirman. Pawai ini diikuti 57 tim dari seluruh kecamatan, SKPD, perusahaan swasta, organisasi profesi, dan para peÂgiat seni budaya.
Rini (37), warga Purwakarta mengaÂpresiasi kegiatan pagelaran seni budaÂya tersebut, menurutnya hal pagelaran semacam ini harus sering ditampilkan kepada masyarakat agar budaya IndoÂnesia tidak mati ditelan jaman.
“Keren pokoknya, seneng bisa liat acara-acara semacam ini, namun sayÂangnya acaranya terlalu singkat, kalau bisa dibikin lebih lama lagi,” tuturnya.(*)