Disinipun kita sudah nampak gagal untuk itu. Orang tua muÂÂlai melakukan hal terbaik untuk anak-anaknya. Kedua, kedekatan ibu dengan anak akan menjalim komunikasi yang baik antara mereka. Apa yang diberi tahu oleh ibunya maka disana pula terjadi transfer nilai pendidikan. Ibunya yang sering menyapanya kemudian memberikan kalimat-kalimat moral, dongeng-dongen sebelum tidur yang mengandung nilai moral, perilaku lembut dan sentuhan yang lembut. KomuniÂÂkasi itu secara langsung terjadi saat anak masih kecil.
Ayahnya juga lakukan hal yang sama, mengajaknya berÂÂcanda, mengajaknya tertawa, berusaha untuk berbicara yang baik-baik karena anak akan menÂÂdengar apa saja yang disampaiÂÂkan oleh orang tuanya. Jangan lupa merangsanganya dengan ayat-ayat Tuhan sebelum ia tidur, jangan lupakan dongeng sebeÂÂlum tidur meski ia masih belum bisa bicara. Namun kita yakini anak itu bisa melihat, mendenÂÂgar dan sewaktu-waktu akan berperilaku seperti apa yang ia lihat. Ada korelasinya disini, jika kita yakini, kita melakukan maka anak tadi akan tumbuh menjadi anak yang baik.
Setelah ia mulai tumbuh menjadi anak yang bisa berbiÂÂcara maka mulailah pelajarannya berbeda-beda. Jika ia sudah balik maka bedalah didikannya dibuat. Namun tetap sama yaitu tetap jaga panca indra. Jaga apa yang ia lihat, jaga apa yang kita tunÂÂjukkan, jaga pendengarannya, dan jaga perangai kita. Usahakan anak-anak tidak melihat ibunya bertengkar. Usahakan jangan melarang hal-hal sepele baginya padahal sangat berarti. Misalkan, saat ia ingin menonton televisi. Namun kita sibuk dengan kertas-kertas kita dirumah dan urusan kantor. Padahal momen itulah yang telah kita lupakan.
Saat ia sudah tumbuh deÂÂwasa, ia sudah mengerti maka mulailah pelajaran makin ditingÂÂgikan. Ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, unÂÂtuk membangun keakraban soÂÂsial diantara ayah dan ibu serta anak maka mulailah dari makan bersama pagi dan malam hari. Siang hari nampak sulit karena biasanya salah satu dari orang tua bekerja. Namun tetap bisa dilakukan oleh Ibunya dirumah. Makan bersama dimeja makan sangat bermakna. Berbagai nilai bisa dipetik dari meja makan itu. Disana berlalu nilai etika. AjarÂÂkan kepadanya bagaimana memÂÂberi makan orang tua. Caranya Ibunya memberikan sendokan nasi pertama untuk ayahnya.
Kemudian ibunya dan dirinÂÂya. Disana akan ada pertanyaan baginya mengapa demikian. Mungkin hari pertama belum nampak namun kalau sering diÂÂlakukan maka anak tadi akan mengerti ternyata orang tua harus diharga dimeja makan. Termasuk dalam hal pengambiÂÂlan nasi dan sayuran. Dari meja makan itu juga terjalin komuniÂÂkasi karena makan dan minum dimeja makan pastinya saling tegur menergur. Disamping itu kebersamaan begitu nampak pada keluarga yang menerapkan makan bersama. Bahkan sangat mungkin cerita-cerita singkat tentang suatu hal bisa dibicaraÂÂkan saat makan bersama tadi.
Dari sana juga diajarkan bagaimana menghargai makanÂÂan. Makanan tidak boleh terÂÂsisa. Makan harus pakai tangan kanan sehingga ia terbiasa denÂÂgan aturan. Makan tidak boleh serakah karena makan serakah akan menjadi penyakit sehingga suatu saat ia tidak mau egois. Darisanalah pendidikan moral dimulai. Jika sudah punya anak dua maka sekaligus perilaku berÂÂbagi juga bisa ditanamkan pada anak-anak kedua-duanya. NamÂÂpak jelas diantara keluarga itu. Secara langsung dari meja makan juga anak-anak diajarkan berdoa sebelum dan sesudah makan. Bagaimana jika orang tuanya tiÂÂdak pernah lakukan ini.
Ada baiknya juga lakukan lagi pada sore harinya/makan malam bersama. Makan malam bersama bisa dilakukan sekaligus menÂÂgulang perilaku paginya namun kali ini bisa ditanyakan sedikit atau banyak tentang aktivitas si anak pada pagi harinya. Biasanya anak-anak terbuka sehingga kita tahu sedang dalam masalah atau tidak. Apakah ada perubahan psikologisnya, kita bisa tahu hal itu. Ketiga, dari rumah belajar disipilin. Orang tua bisa menerÂÂapkan disipilin mulai dari rumah saat mau ibadah. Usahkan anak tepat wkatu ibadah, tepat waktu pulang, dan tempat waktu untuk tidur sehingga tepat waktu untuk berangkat sekolah.
Keempat, tumbuhkan sikap sabar. Sikap sabar dapat dipuÂÂpuk dari rumah. Banyak caranya, orang tua bisa menunda-nunda keinginan anak dalam waktu yang tidak lama. Berikan alasan yang logis kepada anak. MisalÂÂkan, ia sedang beli sepatu maka orang tua tidak langsung saat itu membelikannya. Tujuannya agar anak bisa bersabar. Kelima, janÂÂgan deskiriminasi. Disini orang tua harus pandai. Jika anak suÂÂdah dua atau lebih maka kasih sayang jangan sampai terpecah. Perhatikan keduanya dan perÂÂlakukan kedua/ketiganya dengan baik. Keenam, uji kejujuran, konÂÂsistensi dan berkelanjutan. Uji kejujuran ini sangatlah mudah, diantara kita pasti ada saja caranÂÂya. Mungkin mengulang-ngulang ceritanya yang minggu yang lalu. Kita pura-pura bertanya keÂÂpadanya.
Jika jawabannya tetap saja sama maka pastinya ia sedang jujur. Keenam, liburan bersama. Liburan bersama, pergi ke alam bebas. Cara ini untuk mengÂÂingatkannya akan fungsi ekoÂÂsistem alam. Jika sering dibawa ke alam maka ia akan mengerti fungsi alam. Jika merusaknya menyebabkan masalah iklim. Ketujuh, ajarakan pembagian peran. Pembagian peran disini penting untuk mengatasi koflik dalam rumah bersama dengan adik-adiknya. Jika ia seorang kaÂÂkak. Misalkan, pembagian tugas bersih-bersih rumah. Saat anak diberikan tugas untuk membersiÂÂhkan sesuai dengan tugasnya keÂÂmudian ia tidak menyelesaikanÂÂnya maka belum amanah.
Kedelapan, ajarkan protectif. Protectif artinya bukan berarti tidak bergaul namun rasa curiga terhadap orang lain harus dilakuÂÂkan. Jangan mudah percaya terÂÂhadap orang lain. Hal ini untuk menghindarinya masuk dalam pergaulan bebas. Kesembilan, selektif. Selektif, pilih-pilih berÂÂteman. Jangan gampang terbawa oleh perilaku teman yang termaÂÂsuk buruk. Terakhir, orang tua harus mengajari anaknya agama dengan baik sehingga ia tumbuh menjadi manusia yang sehat baik mental dan spritual. Orang tua yang sering mengajarkan anak agama akan mendapatkan paÂÂhala sedekah yang lebih banyak lagi. Apalagi anaknya menjadi manusia yang beperangai sopan dan santun. (*)