Agar target swasembada daging sapi 2017 dapat tercapai, upaya yang harus dilakukan adalah perombakan sistem manajemen dan produksi daging sapi. Swasembada daging sapi dan kerbau dimaksudkan untuk menyediakan daging sapi kerbau dalam negeri minimal 90 persen dari kebutuhan, serta maksimal 10 persen dipenuhi dari impor.
Langkah mendesak adalah pembenahan akurasi data jumlah ternak sapi dan kerbau yang dikaitkan dengan pertumbuhan penÂÂduduk, pertumbuhan ekonomi, dan elastisitas kebutuhan daging. Sukses swasembada dagÂÂing 2017 bergantung pada usaha pembibitan, industri feedlot dan penggemukan, industri rumah potong hewan, serta industri pengolaÂÂhan berbasis daging sapi.
Saat ini masih banyak usaha ternak sapi potong belum menerapkan cara beternak yang efektif sehingga produktivitas dan reproduksinÂÂya belum maksimal. Melalui sentuhan teknoloÂÂgi budidaya, seperti inseminasi buatan dan teknologi transfer embrio yang intensif, serta dukungan kebijakan yang konsisten, program swasembada daging pasti dapat kita capai.

Keterlibatan swasta sangat dibutuhkan untuk mendukung program swasembada daging 2017. Hal itu antara lain melalui usaha impor sapi bakaÂÂlan untuk digemukkan minimal 60 hari sebagai pendukung program tunda potong sapi jantan lokal dan pengurangan laju pemotongan betina produktif lokal. Perlu pula integrasi rumah poÂÂtong hewan dengan produksi dan pengolahan daging agar diperoleh daging segar yang penuhi kaidah ASUH (aman, sehat, utuh, dan halal).
Salah satu pelajaran dari kasus tingginya harga daging sapi sekarang ini adalah pentÂÂingnya diversifikasi pangan sumber protein hewani. Dari biaya produksi, daging sapi relaÂÂtif lebih mahal dibandingkan sumber protein hewani lain. Dari kandungan gizi, kita punya banyak sumber protein hewani yang lebih muÂÂrah dan berkualitas, seperti daging unggas, telur, ikan, serta ternak ruminansia lain sepÂÂerti kambing. Indonesia pernah menyandang status eksportir sapi di 1970-an.(*)