Untuk mengatasi itu apa yang harus dikelola pada kawasan sungai. Pertama, penggemburan tanah. Tanah digemburkan denÂÂgan cara memupuk tanah secara cuma-cuma dengan bahan orÂÂgnik pada daerah yang terkena bencana. Kita tahu air bisa meÂÂnyerap jika tanah itu tidak mamÂÂpet. Untuk membuatnya gembur kembali maka berikan pupuk kandang dan seresah dedaunan. Lakukan mulai kini agar nanti biÂÂota tanah bisa datang kemudian menghuni tanah mampet tadi. Gerakan biota tanah/makhluk hidup tadi menciptakan lubang-lubang biopori alami.
Lubang biopori alami ini yang akan membantu air untuk masuk kedalam tanah. TersimÂÂpan dalam tanah dan menjadi cadangan air bagi manusia saat musim kemarau. Untuk itu pemerintah harus menggerakÂÂkan pupuk organik disiram pada lahan-lahan yang masih kosong agar tumbuh rerumputan dan biota tanah secara alami. Kedua, pertanian tidak organik pada kawasan itu segera hentikan. Jika pemerintah dan masyarakat mau tidak terkena bencana lagi. Mengurangi secara bertahap penggunaan pupuk kimia seperti Urea karena pupuk itu membuat tanah itu mampet. Akhirnya sering kita lihat air menggenang pada kawasan dimana banyak penggunaan pupuk urea.
Rasionalnya, pupuk urea tadi bukan menggemburkan tanah justru membuat lubang pori-pori tanah tertutup rapat. Fakta itu yang harusnya kita pikirkan. Artinya tidak ada baiknya buat ekosistem jika pupuk seperti itu yang diberikan ke tanah. Kita tahu pripinsi Jawa Barat termaÂÂsuk lumbung padi maka sudah pasti penggunaan pupuk urea itu sangat tinggi pada kawasan ini. Ketiga, mengatur jadwal taÂÂnam secara baik. Kita kadang inÂÂginnya menanam padi sepanjang tahun. Bahkan, inginnya kita tiga kali setahun untuk menanam padi. Baru saja selesai tanam musim sebelumnya sudah disÂÂambung lagi. Perilaku ini harus segera dihentikan karena memÂÂbuat tanah semakin mati.
Tanah mati karena tanah tadi miskin unsur hara. Habis diserap oleh tumbuhan tadi sementara tanah tidak ada masukkan unsur hara. Itulah sebabnya mengapa tanah harus dihutankan atau dihijaukan serta tidak ditanami padi. Hal ini untuk mengembaÂÂlikan kembali unsur hara yang hilang. Jika tanah mati maka taÂÂnah juga tidak bisa menyerap air. Tentu keberadaan biota tanah seperti rayap dan cacing dapat membantu masuknya air ke dalam tanah. Terakhir, tumbuhÂÂkan keeratan sosial pada lingÂÂkungan masyarakat. Bentuk koÂÂmunitas lingkungan pedesaan/ memperkuat komunitas kelomÂÂpok tani yang telah terbentuk. Kelompok ini akan mewadahi pemerintah dan masyarakat unÂÂtuk menjaga fungsi ekosistem. Kelestarian lingkungan sangat bergantung dari masyarakat.
Dengan terbentuknya koÂÂmunitas lingkungan desa denÂÂgan tugasnya maka dengan mudah mengontrol siapa yang merusak lingkungan. KelomÂÂpok itu yang akan mengontrol langsung perilaku masyarakat. Dari kelompok itu juga maÂÂsyarakat mendapatkan gerakan penyuluhan lingkungan. Tentu kelompok harus mempunyai agenda penyuluhan lingkungan, mengundang nara sumber, dan melakukan perbaikan lingkunÂÂgan. Pemerintah daerah harus mendukung pembentukan koÂÂmunitas lingkungan/kelompok tani untuk menjadikan isu lingÂÂkungan pada program kelomÂÂpok. Hal ini sangat efektif untuk mengontrol individu. Mereka yang tahu siapa yang harus didiÂÂdik agar ramah alam. (*)