Ketika penghuni rumahnya terdiri dari orang-orang yang sha­lih, maka akan terbangunlah baiti jannati (rumahku surgaku). Tapi ketika para penghuni rumahnya terdiri dari orang-orang yang rusak akhlak dan agamanya, seperti istri yang tidak taat kepada suaminya, suami yang zalim kepada istrinya, anak-anak yang durhaka kepada orang tuanya, maka yang tercipta akhirnya adalah rumahku ner­akaku. Na’udzubillahi min dzalik.

Jadi sebelum keluarga kita menjadi keluarga sakinah, maka semua anggota keluarga kita ha­rus menjadi hamba yang beri­man dan bertaqwa dulu. Hamba yang beriman dan bertaqwa itu adalah hamba yang sesuai den­gan apa yang terdapat pada Kitab Suci Al Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 2-4, yang artinya. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mer­eka yang bertaqwa, (yaitu) mer­eka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan ke­pada mereka. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah ditu­runkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidu­pan) akhirat.

Menurut Dadang Hawari, mengutip pemikiran Nick Stinnet dan John De Prain dari Universi­tas Nebraska, AS, dalam studinya berjudul The National Study of Family Strenght, ada enam krite­ria untuk mewujudkan keluarga sakinah, yaitu:

BACA JUGA :  KURANG ELOK PRAMUKA BERUBAH DARI EKSKUL WAJIB JADI PILIHAN

Pertama, ciptakan kehidupan religius dalam keluarga. Sebab dalam agama terdapat nilai-nilai moral atau etika kehidupan yaitu antara lain kasih sayang, cinta mencintai dan kasih mengasihi dalam arti yang baik. Kedua, tersedianya waktu untuk bers­ama-sama keluarga. Kita harus ada acara keluarga, tidak ingin di­ganggu urusan kerja. Tiga, kelu­arga harus menciptakan hubungan yang baik antar anggota. Empat, saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu dan anak. Lima, jika mengalami masalah, prioritas utama adalah keutuhan keluarga. Enam, keluarga sebagai unit terkecil antara ayah, ibu dan anak adanya hubungan yang erat dan kuat.

Kalau sudah tercipta keluarga sakinah di suatu keluarga, maka tidak akan ada pelecehan dan kekerasan sexual pada keluarga tersebut. Bagaimana mungkin seorang bapak soleh mau mem­perkosa anaknya atau orang lain, karena sang suami sudah puas terlayani dengan istrinya. Bu­kankah istri solehah itu tidak bo­leh menolak ajakan suami untuk berhubungan suami istri, selama istri itu tidak haid.

BACA JUGA :  JELANG LAGA MALAM INI, TIMNAS VS AUSTRALIA

Atau bagaimana mungkin, seorang istri solehah selingkuh dengan laki-laki lain, bukankah istri solehah itu bisa menjaga diri, harta dan kehormatannya, meskipun tidak ada suaminya di rumah. Atau bagaimana mung­kin seorang anak soleh atau solehah pacaran bahkan sampai hamil di luar nikah, bukankah anak yang soleh atau solehah itu selalu menjaga pandangan, jaga wudu, tidak mau pacaran dan hanya mau ta’aruf (perkenalan) jika mau menikah.

Atau bagaimana mungkin seorang pemimpin yang soleh atau solehah melakukan pelece­han dan kekerasan sexual ter­hadap anak buahnya, bukankah seorang pemimpin yang soleh atau solehah itu merasa selalu dilihat dan diawasi oleh Allah SWT, sehingga tidak mungkin akan melakukan hal tersebut. Bukankah Allah itu Maha Menge­tahui apa yang ada di langit dan di bumi serta di antara keduanya.

Jika semakin banyak terben­tuk keluarga sakinah di Indo­nesia, maka nanti akan tercipta kesolehan sosial, sehingga pel­ecehan dan kekerasan sexual le­nyap dari bumi pertiwi. Jayalah Indonesiaku. (*)

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================