Terungkapnya kasus vaksin palsu, jangan jadi alasan orangtua tidak memenuhi hak anak mendapat imunisasi. Namun kasus peredaran vaksin bayi palsu menjadi kasus kriminal yang menjadi momok mengerikan para orangtua. Kita harus lebih berhati-hati dalam memilih vaksin kesehatan bagi anak-anak.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Diketahui kandungan yang terkandÂung dalam vaksin palsu tersebut adalah antibiotik gentamicin dicampur dengan cairan infus. Dokter Umum, Fredi Adithia mengatakan, peredaran vaksin palsu merupakan sesuatu yang mengkhaÂwatirkan. Tujuan awal vaksin yang seharusnya memberikan perlindunÂgan terhadap penyakit malah bisa berbalik menjadi sumber penyakit.
“Vaksin palsu itu tentunya berbaÂhaya dari beberapa faktor. Bisa dari sterilitas karena kan enggak sembaÂrangan untuk bisa bikin obat atau vakÂsin yang steril itu. Kalau nggak steril terus disuntikkan ke tubuh nanti risiko infeksinya tinggi,†terang dia.
Lebih jauh dr Fredi menjelaskan karena vaksin palsu tersebut mengandung antibiotik, risiko lainnya yang munÂcul adalah bahaya reaksi alergi berat (shock anafilaktik) dan juga resistenÂsi. Keduanya merupakan risiko dari pemÂberian antibiotik sembarangan.
“Kalau vaksin asli kan sudah meÂlalui good manufacuring practice (GMP) ada quality kontrol. Ini kan bikin-bikin sendiri oplos sendiri, bisa bayangkan kacau banget keamanannya tidak terÂjamin sama sekali. Kalau antibiÂotik yang kita takutkan itu reaksi alergi berat. Bisa juga ke arah resisÂtensi karena orang nggak ada indikasi tapi malah dikasih antibiotik,†lanjut dr Fredi.
Ia berharap, semua aliansi masyrakat untuk lebih waspada, sebab ini menyangkut masa depan bayi-bayi dalam masa pertumbuhannya. “Kasus ini harus diusut tuntas, polisi, pemerintah, rumah sakt dan masyaraÂkat harus anÂtisipasi,†pungkasÂnya.
Bagi Halaman