SEBUAH pengalaman pribadi seorang guru di sebuah sekolah SMA di sebuah kabupaten. Dia bertutur bahwa ada beberapa muridnya yang mengikuti gaya dan tingkah laku negatif artis-artis dari sebuah sinetron popular yang menceritakan kehidupan anak-anak SMA di kota metropolitan (sebut saja sinetron ABG jadi manten, Putih Abu- Abu, Pernikahan Dini dsb) dan juga dari film-film YOU TUBE yang bisa mereka lihat dengan mudah dari handphone
Oleh: NURHIDAYATI SALEH, SPD
Staff Kesiswaan, Walikelas X di SMA Negeri 1 Cibinong Kab. Bogor
Hampir setiap taÂÂhun ada saja muÂÂridnya yang harus menikah karena hamil, atau muÂÂrid yang seringkali orang tuÂÂanya dipanggil ke sekolah karena anaknya memakai seraÂÂgam yang tidak sesuai dengan aturan sekolah, dan ada juga murid yang harus bolak-balik ke ruang Bimbingan dan KonÂÂseling karena sering mendapatÂÂkan masalah dengan guru dan temannya akibat bicara yang tidak sopan.

Pihak sekolah mendapat keÂÂsulitan dalam mengatasi, memÂÂbimbing dan mendidik mereka. Pembentukan dan kemudian penilaian sikap dan karakter (Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya,
Menunjukkan perilaku juÂÂjur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasaÂÂma, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan, berinteraksi seÂÂcara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerÂÂminan bangsa dalam pergaulan dunia) yang harus dilakukan guru sesuai Kurikulum (KTSP dan KURIKULUM 2013) menÂÂjadi sesuatu yang cukup berat.
Tambah lagi, guru tidak memiliki kebebasan dalam mendidik anak terutama dalam pembinaan untuk siswa yang memang benar harus diberiÂÂkan pembinaan khusus sebagai peringatan. Wartawan yang seÂÂlalu berkeliaran di lingkungan sekolah mencari berita HOT NEWS tentang sekolah atau orang tua yang selalu sibuk bekerja dan kurang berkomuniÂÂkasi dengan pihak sekolah akan langsung menuntut bahkan memperkarakan pihak sekolah (termasuk guru anaknya) ke keÂÂpolisian atau ke pengadilan.
Jika pada akhirnya siswa-siswa tersebut harus mengiÂÂkuti aturan sekolah, itu hanya karena mereka takut akan mendapat nilai sikap BURUK pada rapor, bukan karena kesÂÂadaran mereka sudah timbul.
Namun ada juga murid yang selalu bersikap sopan, bertangÂÂgungjawab, disiplin, berprestaÂÂsi dan beriman. Orang tua mereka secara intens berkomuÂÂnikasi dengan pihak sekolah untuk mengetahui kebutuhan anaknya, program sekolah yang akan diikuti anaknya bahkan sampai ke pemilihan perguruan tinggi sebagai lanjutan pendidiÂÂkan anaknya. Juga membicaraÂÂkan kesulitan yang dihadapi oleh anaknya di sekolah atau di luar sekolah dengan pihak-pihak terkait di sekolah untuk mencarikan jalan keluar yang terbaik. Mereka yang selalu membuat bangga orang tuanya dan juga sekolahnya.
Siapa sajakah yang akan membina anak-anak seperti itu? Ya…KELUARGA dan LEMBAGA PENDIDIKAN/SEKOLAH ….
Apakah yang disebut
keluarga?
1.Keluarga adalah unit terkeÂÂcil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beÂÂberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keÂÂadaan saling ketergantungan. https://id.wikipedia.org/wiki/ Keluarga
- Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanÂÂya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan dalam satu periuk. http://www.kajianpustaka. com/2012/11/definisi-fungsi-dan-bentuk-keluarga.html
Apakah yang disebut
pendidikan?
Menurut Plato PendidiÂÂkan atau EDUCATION adalah proses yang dilakukan seuÂÂmur hidup (life-long process) yang dimulai dari seseorang lahir hingga kematiannya, yang membuat seseorang antara lain dapat menjadi warganegara yang ideal dan belajar bagaimaÂÂna cara memimpin dan memaÂÂtuhi aturan yang benar.
Plato pun menambahkan bahwa pendidikan tidak hanÂÂya mengajarkan ilmu pengeÂÂtahuan dan kemampuan akan tetapi juga nilai, pembinaan tingkah laku dan sikap yang benar. Pendidikan yang sejati (true education), akan memiliki kecenderungan terbesar dalam membentuk manusia yang beÂÂradab dan memanusiakan maÂÂnusia dalam hubungan mereka bermasyarakat dan kepada tuÂÂhannya
Artikelnya banyak dipotong ya? jadi kurang lengkap bacanya..
Semoga lebih banyak guru yang bisa membuat karya-karya seperti ini, tidak hanya sekadar mengajar, sehingga kualitas guru pun menjadi semakin baik karena guru juga terus mengasah diri.
Pekerjaan rumah selanjutnya masih banyak di dunia pendidikan kita, pendidikan tinggi semakin tidak terjangkau karena biaya yang menjadi luar biasa tinggi dan pemerintah hanya bisa memberikan beasiswa yang terbatas, bagaimana mau maju generasi mendatang tanpa pendidikan yang laik???