crop_d9aac900db06a8815a715bad48d5ccf9JAKARTA– Menjadi satu-satun­ya pebulutangkis non-pelatnas yang lolos ke Olimpiade Rio 2016. Andalan Indonesia di sektor tunggal putra ini pun diberi kebebasan oleh PBSI untuk mengi­kuti agenda atau tidak.

“Tommy kelihat­annya punya pro­gram sendiri yang tidak mau diganggu. Jadi, sampai saat ini belum ber­gabung dengan tim pelatnas,” kata Wasekjen PP PBSI, Achmad Budiharto di­lansir detik­Sport, Selasa (28/6/2016).

“Kami juga tidak bisa me­maksakan yang bersangkutan untuk ikut ya jika memang tidak berkenan,” tam­bahnya. PBSI sendiri sebena­rnya punya kewenanangan untuk meminta Tommy ma­suk dalam pelatnas, apalagi ini demi negara. “Ya, bisa saja ka­lau mau. Tetapi kami tidak ingin disalahkan kalau hal tersebut dianggap mengganggu pro­gram latihan dia,” ucap dia.

PBSI merencanakan dua agenda penting sebelum para atlet tampil di Olimpi­ade mulai 5-21 Agustus. Hendra Setiawan dkk akan dikarantina di Kudus, Jawa Tengah mulai 11 sampai 16 Juli. Kembali ke Ja­karta lebih dulu, mereka akan terbang ke Sao Paulo, Brazil, 27 Juli baru menuju Rio de Janeiro dekat-dekat pertandingan.

BACA JUGA :  Tim Bulu Tangkis Indonesia Putri Juara Runner Up Piala Uber 2024

Pelatnas pun meloloskan sembilan pemain lain ke Olim­piade, mereka Tontowi Ahmad/ Liliyana Natsir dan Praveen Jor­dan/Debby Susanto, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, dan Linda Wenifanetri.

Sementara pelatih sekaligus ayahnya, Icuk Sugiarto berala­san, keputusan Tommy tetap berada di luar pelatnas karena sang atlet butuh kenyamanan.

Tommy Sugiarto menyiapkan diri ke Olimpiade 2016 Rio de Ja­neiro dengan upaya sendiri. Sang pelatih yang juga ayahnya, Icuk Sugiarto, beralasan Tommy bu­tuh kenyamanan. Alih-alih ikut ke Cipayung, pebulutangkis 28 tahun itu menggeber persiapan di Sukabumi, dua pekan lalu.

“Perkembangan Tommy sampai hari ini sudah cukup ba­gus. Yang dia butuhkan saat ini hanyalah kenyamanan. Dalam arti, bagaimana membangun kepercayaan diri, membangun kenyamanan hati dia supaya saat dia berangkat dalam kondisi yang nyaman,” kata Icuk dilans­ir detikSport, Rabu (29/6/2016).

Di sana, Icuk menggembleng mental anaknya dengan pro­gram latihan yang telah dia buat. Dibantu rekan pelatih yang lain, Icuk tidak hanya menjadi pelatih terkadang ia juga menjadi moti­vator untuk anaknya tersebut.

BACA JUGA :  Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia vs Filipina di Piala Asia Wanita U-17 2024

“Ya itu, pemain ini kan bukan robot atau mesin jadi bagaimana menjaga hati dia, perasaan dia. Jadi kadang-kadang selesai lati­han saya putarkan video. Di luar lapangan kami sharing dan dis­kusi sehingga Tommynya juga lebih terbuka,” ujar pemain dengan gelar juara dunia tahun 1983 dan 1986 ini. “Murid-murid saya banyak yang juara Sirnas. Sparring kan bisa diciptakan, pemain-pemain saya seperti Ri­fan Fauzin Ivanudin dan Panji Akbar Sudarajat adalah pemain dewasa yang beberapa pemain Sirnas. Saya juga pernah alami delapan tahun tidak punya mu­suh di Indonesia. Jadi saya pikir untuk mencari musuh itu tidak harus selalu yang seimbang dan sparring itu bisa dimodifikasi. Apakah dengan melawan dua pemain atau main setengah la­pangan saja,” Icuk menjelaskan.

Ditambahkan Icuk, meski pola latihan yang diberikan tidak sama seperti atlet-atlet bulu tangkis lain­nya, tetapi menurut Icuk hal itu sudah lebih dari cukup untuk menggembleng Tommy. (Ri­shad/Dts/ed:Mina)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================