Proyeksi Archied Noto Pradono, Direktur PT Intiland Development Tbk, juga serupa. Tahun ini, harga rumah bisa naik 10% karena pemulihan daya beli, faktor inflasi dan kenaikan biaya tahunan.

Awal tahun masih lesu

Para pebisnis properti memang berharap pulihnya sektor properti. Sebab setahun terakhir, tren bisnis properti cenderung lesu. Salah satu indikasi kelesuan itu tampak pada hasil survei harga properti Bank Indonesia (BI) di triwulan IV 2016. Pada periode tersebut, pertumbuhan harga properti residensial secara tahunan (yoy) melambat dari 2,75% (triwulan III) menjadi 2,38%. Jika dibandingkan dengan tren kuartal sebelumnya, harga properti hunian residensial naik tipis 0,37% pada kuartal IV-2016, dibanding kuartal III 2016 yang naik 0,36%.

Berdasarkan wilayah, kenaikan harga tertinggi terjadi di Manado sebesar 8,01% (secara tahunan). Maklum, wilayah ini memang sedang gencar membangun infrastruktur. Sedangkan kenaikan harga rumah terendah di Denpasar, yang naik hanya 0,78%.

Survei bank sentral menyebutkan sejumlah penyebab lonjakan harga rumah. Seperti kenaikan harga bahan bangunan sebesar 35,2%, hingga kenaikan upah pekerja sebesar 22,56%. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah pelonggaran rasio kredit atau loan to value yang dikeluarkan BI di akhir Agustus tahun lalu. Melihat kondisi ini, BI memproyeksikan kenaikan harga properti di triwulan I-2017 masih melambat. Prediksi BI, pada kuartal I-2017, harga hunian naik 0,32% dari triwulan IV-2016 yang tercatat 0,37%. Secara tahunan, kenaikan harga rumah di kuartal I-2017 diprediksikan tumbuh 1,7%. Setahun terakhir hingga kuartal IV-2016, harga rumah naik 2,38%.(Yuska Apitya/ktn)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================