“Semakin tidak diamalkan nilai-nilai Pancasila ini dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka selama itu pula Indonesia akan diterpa konflik yang berpotensi memecah belah kerukunan dan persatuan bangsa,” ungkapnya.

Bibin meyakini, keberagaman di tengah kehidupan bermasyarakat dan berbangsa merupakan Sunnatullah. Islam tidak memiliki masalah dengan kebhinnekaan, bahkan Islam yang membuat kebhinnekaan tersebut menjadi berkah. Allah SWT sendiri menciptakan manusia dengan keberagamannya, baik bersuku-suku, agama, dan bangsa. Bahkan, Bibin mengutip ayat Al Quran dalam Surat al-Hujurat ayat 13: “Hai manusia, sungguh Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sungguh orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Tahu lagi Maha Mengenal”

BACA JUGA :  16 Cabang dari Kota Bogor Jadi Finalis di MTQ ke-58 Tingkat Provinsi

Dalam kesempatan tersebut, Bibin menyoroti tentang perkembangan teknologi di era modern yang begitu pesat. Bahkan, teknologi hadir sebagai penyedia layanan yang begitu cepat. Keberadaan teknologi telah mengubah pola interaksi manusia yang awalnya terbatas dengan ruang dan waktu menjadi tidak terbatas. Hal ini menjadi anomali bagi Indonesia yang berdasarkan survei Internet Live State tahun 2015 yang menduduki peringkat ke-12 pengguna internet di dunia, terutama teknologi yang berbasis media sosial. Hal ini harus menjadi perhatian bagi setiap elemen bangsa agar terus waspada dan bijak dalam penggunaannya.

“Mengingat media sosial dapat memberikan dampak negatif  bagi penggunanya, bahkan dapat memecah belah persatuan bangsa, khususnya memecah kerukunan berbangsa dan beragama,” katanya,

BACA JUGA :  Usai Bunuh Kekasih, Pria di Batang Nekat Gantung Diri

Perubahan zaman begitu cepat dan era globalisasi tidak dapat terhindarkan dan mengakibatkan perubahan tidak hanya pada teknologi semata, akan tetapi perubahan pada pendidikan. Bibin bertanya, apakah kemajuan teknologi dapat diimbangi dengan perkembangan pendidikan di Indonesia?

“Jawabannya ada pada diri kita masing-masing,” ujarnya.

Masih kata Bibin, keyakinan tersebut harus tertanam dalam diri pendidik, orangtua, masyarakat, dan pemerintah. Sinergi antara sekolah/PT, masyarakat, orangtua, dan pemerintah merupakan suatu keniscayaan bahwa pendidikan Indonesia harus dapat mengimbangi perkembangan teknologi. Jika sinergitas dan keyakinan tidak tertanam dalam diri kita, maka bukan tidak mungkin teknologi akan mengendalikan pendidikan bahkan manusia.(Yuska Apitya)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================