“Semakin tidak diamalkan nilai-nilai Pancasila ini dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka selama itu pula Indonesia akan diterpa konflik yang berpotensi memecah belah kerukunan dan persatuan bangsa,†ungkapnya.
Bibin meyakini, keberagaman di tengah kehidupan bermasyarakat dan berbangsa merupakanÂ
Dalam kesempatan tersebut, Bibin menyoroti tentang perkembangan teknologi di era modern yang begitu pesat. Bahkan, teknologi hadir sebagai penyedia layanan yang begitu cepat. Keberadaan teknologi telah mengubah pola interaksi manusia yang awalnya terbatas dengan ruang dan waktu menjadi tidak terbatas. Hal ini menjadi anomali bagi Indonesia yang berdasarkan survei Internet Live State tahun 2015 yang menduduki peringkat ke-12 pengguna internet di dunia, terutama teknologi yang berbasis media sosial. Hal ini harus menjadi perhatian bagi setiap elemen bangsa agar terus waspada dan bijak dalam penggunaannya.
“Mengingat media sosial dapat memberikan dampak negatif  bagi penggunanya, bahkan dapat memecah belah persatuan bangsa, khususnya memecah kerukunan berbangsa dan beragama,†katanya,
Perubahan zaman begitu cepat dan era globalisasi tidak dapat terhindarkan dan mengakibatkan perubahan tidak hanya pada teknologi semata, akan tetapi perubahan pada pendidikan. Bibin bertanya, apakah kemajuan teknologi dapat diimbangi dengan perkembangan pendidikan di Indonesia?
“Jawabannya ada pada diri kita masing-masing,†ujarnya.
Masih kata Bibin, keyakinan tersebut harus tertanam dalam diri pendidik, orangtua, masyarakat, dan pemerintah. Sinergi antara sekolah/PT, masyarakat, orangtua, dan pemerintah merupakan suatu keniscayaan bahwa pendidikan Indonesia harus dapat mengimbangi perkembangan teknologi. Jika sinergitas dan keyakinan tidak tertanam dalam diri kita, maka bukan tidak mungkin teknologi akan mengendalikan pendidikan bahkan manusia.(Yuska Apitya)