JAKARTA TODAY – Sebanyak 174 titik jalan rusak setelah banjir di Jakarta terjadi pada awal tahun 2020. Penanganan dilakukan dengan sistem tambal sulam.

Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengatakan, semua jalan rusak akibat banjir langsung ditangani dengan sistem tambal sulam. Menurutnya, hal itu sebagai tindak lanjut darurat untuk mengurangi risiko kecelakaan. Bahkan, pihaknya juga melakukan pemantauan jalan yang sebelumnya terendam banjir untuk berjaga-jaga jika jalan mengalami kerusakan tiba-tiba saat dilintasi pengguna jalan.

Pemantauan terhadap jalan rusak juga dilakukan terus-menerus berkaitan dengan masih berlangsungnya musim hujan. Selain itu, pemantauan juga dilakukan untuk mencegah terjadinya kejadian amblesnya jalan seperti yang terjadi di Jalan Daan Mogot di wilayah Kota Tangerang kemarin.

Seperti dikutip dari sindonews, Pada Minggu 12 Januari 2020, Jalan Daan Mogot yang masuk ke wilayah Kota Tangerang ambles sedalam 2 meter dengan diameter sekitar 1 meter. Akibatnya satu ruas jalan di titik itu ditutup sampai perbaikan dilakukan.

“Semua langsung kita perbaiki. Bahkan kami juga lakukan perbaikan pada jalan yang mengalami sedikit cekungan,” kata Hari saat dihubungi, Selasa (14/1/2020).

BACA JUGA :  Review Film : Menjelang Ajal, Pesugihan Berujung Petaka

Hari menjelaskan, kedepan perbaikan jalan rusak dilakukan denga sistem recycling atau mengupas lapisan aspal hingga bagian pondasi dan kembali menatanya. Sedangkan untuk betonisasi, pihaknya hanya melakukan di jalanan yang kerap rusak akibat genangan air seperti di kawasan Jakarta Utara.

Berdasarkan data yang dihimpun, hampir setiap tahun Dinas Bina Marga DKI Jakarta mendapatkan angaran perbaikan jalan rusak sekitar Rp300-400 miliar. Penangananya pun hampir sama, untuk yang sifatnya sementara penangan dilakukan tambal sulam. Sedangkan untuk yang permanen penanganan dilakukan secara menyeluruh dengan menggunakan aspal kembali ataupun betonisasi bagi tempat yang dinyatakan kerap tergenang.

“Perbaikan jalan juga dilakukan berbarengan dengan penataan trotoar,” ungkapnya.

Sementara itu, Pengamat Perkotaan Universitas trisakti, Nirwono Joga mengatakan, perbaikan jalan yang dilakukan setiap tahun di Jakarta tidak akan bertahan lama. Sebab, ketahanan jalan itu tergantung pada baiknya saluran air yang ada di sekitar jalan. Artinya, apapun sistem dan kualita aspal yang dipilih untuk memperbaiki jalan apabila tidak dibarengi dengan perbaikan saluran, jalan di Jakarta tidak akan bertahan hinga lima-tujuh tahun seperti yang terdapat dalam konsep jalan sebenarnya.

BACA JUGA :  Monyet Ekor Panjang Turun ke Permukiman Warga dari Puncak Gunung Merapi

“Saya melihat perbaikan trotoar tidak dibarengi dengan perbaikan saluran air. Jadi ketika hujan, jalan itu dipastikan akan tergenang dan cepat rusak,” ungkapnya.

Untuk menambah kekuatan aspal dan menghemat biaya pemeliharaanya, lanjut Nirwono, DKI harus mempertegas kelas-kelas jalan. Dimana, kendaraan bernotase berat hanya boleh melintas di jalan tertentu.

Selain itu, Nirwono juga menyarankan agar konsep daur ulang aspal yang dikelupas bawahnya digunakan kembali untuk memperbaiki jalan tersebut. Terpenting, bahan campur daur ulang aspal dibuat sebaik mungkin. Sehingga, kekuatan aspal bisa mencapai lima hingg tujuh tahun seperti apa yang dilakukan di eropa.

“Konsep penghematan murni yaitu dengan mendaur ulang aspal yang dikelupas dari dasar itu. Memang usianya berbeda dengan aspal baru. Tapi Penelitian terakhir menyebutkan bila kekuatanya bisa sampai tujuh tahun kalau campuranya dibuat sebaik mungkin. Yang terjadi saat ini, setelah aspal dikelupas, DKI membuangnya dan menggantinya dengan beli di e-katalog. Padahal konsep ini bisa hemat 30 persen,” jelasnya.(Dena/PKL/net)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================