BOGOR-TODAY.COM, BOGORNama Tirto Adhi Soerjo bakal menggantikan Jalan kesehatan, Tanah Sareal, Kota Bogor.  Rencana tersebut bakal diresmikan pada peringatan hari pahlawan tepatnya 10 November 2021 mendatang.

Pergantian nama tersebut sempat diungkapkan Wakil Walikota Bogor Dedie A Rachim saat Konferensi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Bogor, beberapa waktu lalu.

Menurut Dedie, pergantian nama jalan tersebut seiring dengan letak markas Sekretariat Kantor PWI Kota Bogor bernaung.

“Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo, termasuk yang menjadi pelopor jurnalistik di Indonesia yang saat ini dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Blender, Tanah Sareal. Pemkot Bogor dalam waktu dekat bakal mengabadikan tokoh pers tersebut sebagai nama jalan,” Kata Dedie, Senin (8/11/2021).

Tak hanya Jalan Kesehatan, Dedie juga menyebutkan bahwa Jalan Ciheuleut akan digantikan dengan nama R.S.A. Kartadjumena. Kartadjumena merupakan salah satu wali kota periode awal yang juga kontribusinya cukup banyak untuk kota Bogor.

Dengan pencanangan itu, sambung Dedie, diharapkan bisa membangkitkan semangat pers dalam membangun negeri. Terutama membangkitkan marwah PWI Kota Bogor sebagai mitra dari Pemkot Bogor.

“Kita abadikan pada tanggal 10 November nanti,” tegasnya.

Kemudian bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan juga, Taman Makam Pahlawan (TMP) Dreded Bogor akan mengalami sedikit perubahan dengan melakukan renovasi.

“Sehingga upacara hari pahlawan pada 10 November akan dilaksanakan di TMP dalam suasana yang lebih baik.

Profile Tirto Adhi Soerjo

Melansir wikipedia.org, Tirto Adhi Soerjo lahir di Blora, Jawa Tengah dengan nama Raden Mas Djokomono dan wafat di Batavia 7 Desember 1918.

BACA JUGA :  Dugaan Dirut Rino Indira Tak Netral, Bawaslu Tegaskan Saat Ini Belum Masuk Tahapan Pilkada

Pada umur sekitar 37 atau 38 tahun Tirto Adhi Soerjo dinobatkan menjadi seorang tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia. Ia juga dikenal juga sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia. Namanya sering disingkat T.A.S.

Tirto Adhi Soerjo menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Putri Hindia (1908). Tirto juga mendirikan Sarikat Dagang Islam. Medan Prijaji dikenal sebagai surat kabar nasional pertama karena menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia), dan seluruh pekerja mulai dari pengasuhnya, percetakan, penerbitan dan wartawannya adalah pribumi Indonesia asli.

Tirto Adhi Soerjo adalah orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum. Dia juga berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu. Akhirnya Tirto ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera (Provinsi Maluku Utara).

Kisah perjuangan dan kehidupan Tirto Adhi Soerjo diangkat oleh Pramoedya Ananta Noer dalam Tetralogi Buru dan Sang Pemula.

Pada 1973, pemerintah mengukuhkannya sebagai Bapak Pers Nasional. Pada tanggal 3 November 2006, Tirto Adhi Soerjo mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres RI no 85/TK/2006.

Sementara, Takashi Shiraishi lewat buku Zaman Bergerak menyebut Tirto Adhi Soerjo sebagai orang bumiputra pertama yang menggerakkan bangsa melalui bahasanya lewat Medan Prijaji.

BACA JUGA :  Daftar Pebulu Tangkis Indonesia di Thailand Open 2024

Tirto Adhi Soerjo juga mendapat tempat yang banyak pula dalam laporan-laporan pejabat-pejabat Hindia Belanda, terutama laporan Dr. Rinkes. Ini disebabkan karena Tirto memegang peranan pula dalam pembentukan Sarekat Dagang Islam di Surakarta bersama Haji Samanhudi, yang merupakan asal mula Sarikat Islam yang kemudian berkembang ke seluruh Indonesia. Anggaran Dasar Sarikat Islam yang pertama mendapat persetujuan Tirto Adi Soerjo sebagai ketua Sarikat Islam di Bogor dan sebagai redaktur suratkabar Medan Prijaji di Bandung.

Ketika menulis buku kenang-kenangannya pada tahun 1952, Ki Hajar Dewantara mencatat tentang diri Tirto Adhi Soerjo sebagai berikut:

“Kira-kira pada tahun berdirinya Boedi Oetomo ada seorang wartawan modern, yang menarik perhatian karena lancarnya dan tajamnya pena yang ia pegang. Yaitu almarhum R.M. Djokomono, kemudian bernama Tirto Adhi Soerjo, bekas murid STOVIA yang waktu itu bekerja sebagai redaktur harian Bintang Betawi (yang kemudian bernama Berita Betawi) lalu memimpin Medan Prijaji dan Soeloeh Keadilan. Ia boleh disebut pelopor dalam lapangan journalistik.”

Sudarjo Tjokrosisworo dalam bukunya Sekilas Perjuangan Suratkabar (terbit November 1958) menggambarkan Tirtohadisoerjo sebagai seorang pemberani. “Dialah wartawan Indonesia yang pertama-tama menggunakan suratkabar sebagai pembentuk pendapat umum, dengan berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap pihak kekuasaan dan menentang paham-paham kolot. Kecaman hebat yang pernah ia lontarkan terhadap tindakan-tindakan seorang kontrolir, menyebabkan Tirtohadisoerjo disingkirkan dari Jawa, dibuang ke Pulau Bacan,” tulis Tjokrosisworo. (B. Supriyadi)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================