PEMERINTAH makin ketar ketir pada saat harga daging sapi tidak bisa mencapai harga 80 ribu dipasar. Kebutuhan masyarakat akan daging sapi sengaja dialihkan dengan memberikan impor jeroan sapi. Impor ini dilakukan untuk memberikan banyak pilihan kepada masyarakat agar terpecah pandangannya. Sebagian milih jeroan karena daging mahal. Padahal negara maju tidak makan jeroan sapi.
Oleh: BAHAGIA, SP., MSC.
Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan IPB dan
Dosen Tetap Universitas Ibn Khaldun Bogor
Kita boleh makan jeroan sapi namun sumber penyakit juga pasti banyak dari jeroan sapi. Dari jeroan itu dilangsungkan penetralan racun-racun dan penyakit-penyakit terutama pada hati sapi. Lantas mengapa kita justru memberikan pilihan seperti ini kepada rakyat. Ironis sekali kondisi rakyat kita kini kalau benar seperti yang disÂÂampaikan pak menteri tadi. Impor ini dilakukan karena pemerintah galau dan bingung solusi apalagi yang bisa dilakukan. Pemerintah sengaja mencari jalan lain dengan cara mendatangkan jeroan sapi.
Cara ini bukti pemerintah sudah menemui jalan buntu unÂÂtuk menurunkan harga daging sapi. Harga tetap naik meskipun lebaran sudah lama. Hampir dari bulan puasa hingga kini. Harga masih tetap saja tinggi. Jauh dari cita-cita 80 ribu per kilogram. Pemerintah mungkin heran meÂÂlihat kondisi perdagangan dagÂÂing tanah air. Pemerintah sudah membuat pasar murah namun tidak menjadi solusi, pemerintah juga impor daging sapi tetapi juga menemui jalan buntu, pemerintah juga menunjuk BUMN seperti BuÂÂlog dan BUMD untuk mengawasi pasar namun harga tetap mahal.
Pemerintah juga telah melakuÂÂkan operasi pasar segetol mungkin tetapi nihil juga. Pemerintah harÂÂusnya tau hukum dagang pertaÂÂnian atau agribisnis secar umum. Permasalahan pertanian dan dagÂÂing hanya pada bagian hulu, tenÂÂgah dan hilir. Pemerintah selalu fokus pada hilir. Seperti tangkap kepala jika ekor menyengat. Sulit sekali cara perdagangan daging sapi, baiknya lakukan pengenÂÂdalian dihulu, hilir dan tengah. Semua yang terlibat baik pedaÂÂgang kecil, besar dan penggemuk sapi dan importir diajak bersama. Peternak yang bergerak dihulu juga harus dimotivasi dan diduÂÂkung dengan optimal. Jangan samÂÂpai peternak makin dikit.
Buktinya produksi tidak optiÂÂmal. Masalah hulu apa yang menÂÂjadi masalah. Lakukan mapping terhadap permasalahan hulu. Lakukan mapping masalah dihilir dan siapa saja yang bisa menduÂÂkung. Pisahkan juga masalah, siaÂÂpa yang terlibat kartel sapi dan siaÂÂpa mafianya. Harus ada mapping bagi pemerintah sehingga tidak kecolongan terus seperti saat ini. Sangat sederhana perdagangan daging sapi di Indonesia. Mapping peternak, dimaksudkan harus jelas peternaknya berapa jumlahnÂÂya. Produksi perternaknya berapa.
Berapa orang atau kelompok peternak lokal (masyarakat) dan berapa orang peternak perusaÂÂhaan. Bangun kelompok peterÂÂnak yang terdiri dari peternak masyarakat dan peternak perusaÂÂhaan. Bangun sistem sosial pada kelompok ternak sehingga aturan diberlakukan oleh kelompok. Jika tidak ikut kelompok ternak akan kesulitan dipasar sebagai resiko. Dengan adanya kelompok peterÂÂnak tadi akan diketahui berapa jumlah ternaknya. Apakah mereka akan menjual atau tidak.
Penguatan sistem sosial terÂÂnak tadi dapat memperkuat posisi tawar dari anggota peternak terÂÂhadap pasar. Pedagang tidak bisa dengan mudah mempermainkan harga ditangan peternak. Mereka mempunyai kekuatan untuk meÂÂnahan sapi dan daging sapi merÂÂeka untuk tidak dijual. Mereka juga mempunyai kemampuan unÂÂtuk mematok harga sesuai dengan harga pasar. Disini pemerintah haÂÂrus melakukan mediasi yang baik anatara kelomok ternak dan pedaÂÂgang. Jika tidak dilakukan bisa saja permainan para kelompok peterÂÂnak terjadi.
Saat ditangan pedagang juga demikian adanya. Ditambah lagi dengan pedagang dan sekaligus perusahaan penggemuk sapi. MerÂÂeka mengambil sapi-sapinya yang sudah jadi (bakalan sapi). Pantau berapa banyak sapi yang mereka beli baik dari peternak dan dari impor anak sapi. Dengan cara itu dapat diprediksi berapa jumlah produksi ternak pada perusahaan penggemuk sapi. Jika tidak terÂÂpenuhi, pemerintah harus menÂÂcarikan solusi mengatasi masalah produksi ternak tadi.
Misalkan menambah dan mendorong pertumbuhan zonasi ternak baru. Jika pemerintah seriÂÂus kawasan ternak bisa sangat luas dan ternak tidak perlu dikandangÂÂkan. Kita mempunyai perkebunan sawit yang sangat luas. Tersebar kebun sawit dari pulau Jawa, SuÂÂmatra dan Kalimantan. Luasan kebun sawit tersebut sebaiknya diÂÂjadikan sebagai zonasi ternak. PakÂÂan ternaknya juga mudah untuk diambil. Dedaunan dan pelepah sawit tadi bisa dipergunakan unÂÂtuk pakan sapi. Pemerintah sebaiÂÂknya memikirkan pengembangan sapi pada perkebunan rakyat dan pemerintah.
Daging sapi yang dihasilkan juga lebih segar dibandingkan dengan sapi yang sudah ada kareÂÂna dibiarkan lepas secara alami. Sedangkan pada hilirnya, bangun sistem pasar yang benar. PedaÂÂgang-pedagang didata siapa yang beli sapi dilokasi tertentu. Berapa yang dia beli dan dari kelompok peternak mana ia membeli. PedaÂÂgang pengepul sapi tadi akan menÂÂgumpulkan jumlah sapi yang ada pada kelompok peternak. KemuÂÂdian dipasarkan ke daerah mana sapi tadi.
Dengan cara ini langsung diketahui apakah terjadi penimÂÂbunan sapi hidup atau tidak. Jika ada penimbunan mudah untuk mengawasinya karena terdata dengan jelas. Masalahnya pemerÂÂintah tidak punya data pedagang mana yang beli dan ke kelompok apa. Bahkan ada peternak yang menternakkan sendiri dan tidak terdaftar pada kelompok peterÂÂnak. Peternak yang tidak terdafÂÂtar dapat mengacaukan harga dan stok daging sapi. Suka-suka saja mau di jual ke siapa dan pasar mana.
Harusnya dengan wadah keÂÂlompok peternak bisa menjemÂÂbatani. Selain itu data siapa yang bermain dipasar. Apakah ada pemain baru atau tidak. Berapa banyak pedagang besar yang meÂÂnampung ternak dari peternak pengepul. Berapa yang sudah diÂÂbeli oleh peternak tersebut. Data juga pedagang pengecer dipasar. Berapa banyak pedagang dalam satu pasar dan apakah mereka suÂÂdah menerima daging dari pedaÂÂgang pengepul dan pedagang beÂÂsar. Dengan cara seperti ini maka kartel daging sapi tidak ada yang berani melakukannya.
Terdeteksi siapa saja yang bermain. Terakhir, kesepakatan harga ditanda tangani bersama baik pedagang pengecer, pedaÂÂgang pengepul, pedagang besar, penggemuk sapi, peternak, dam pemerintah. Dengan cara seperti itu akan terhindar dendam daÂÂgang antara mereka. Jangan buat keputusan yang merusak semua sistam pasar. Ingat mereka yang bermain dipasar jangan dimusuhi tetapi jadikan sebagai teman bisÂÂnis sehingga menghindari konflik dan ketegangan sosial. (*)
Bagi Halaman