Oleh : R. Nova Gora (Guru PKN SMP Regina Pacis Bogor)

BOGOR TODAY – Saat ini manusia hidup di dunia yang dikonstruksikan terutama oleh teknologi. Determinasi teknologi itu sudah sedemikian besar sehingga mampu membentuk atau mengubah budaya dan lingkungan hidup manusia.

Teknologi yang berkembang cepat, pada dasarnya bertujuan agar sesuatu dapat bekerja dan terselesaikan dengan mudah dan cepat atau lebih cepat lagi. Artinya, pertumbuhan atas dasar logika teknologi mengenal istilah mudah dan cepat atau lebih cepat lagi.

Kecepatan merupakan daya teknologi yang paling semantik. Lewat teknologi, slogan Olympiade citius, altius, fortius (makin cepat, makin tinggi, makin kuat) tidak hanya tinggal sebagai mimpi para atlet, tetapi membayang-bayangi juga dunia sehari-hari (Supelli, 2010). Saat ini, Indonesia menghadapi revolusi industri 4.0. Revolusi itu ditandai dengan otomatisasi dan digitalisasi.

Dengan kecerdasan berbasis digital, manusia dengan bantuan komputer akan lebih mudah dan cepat mengerjakan banyak hal, seperti diagnosis penyakit, peramalan iklim, dan lingkungan hidup, manufaktur, perdagangan, dan pendidikan (Rudy, 2018). Tanpa menafikan dampak positif dari teknologi, menurut saya, ada masalah yang perlu dipecahkan, yaitu manusia yang tenggelam dalam logika teknologi.

BACA JUGA :  Resep Membuat Cah Kangkung Saus Tiram yang Lebih Sedap Bikin Ketagihan

Pertumbuhan atas dasar logika teknologi yang hanya mengenal istilah mudah dan cepat atau lebih cepat lagi tampaknya menjadi budaya tertentu dari hidup manusia. Teknologi adalah budaya karena menjadi cara hidup manusia, dan secara tidak sadar menyetir cara manusia merasa, berpikir, dan berharap. Fatalnya, budaya teknologi ini pula yang sekarang diterapkan di negara kita, secara khusus di dunia pendidikan.

Dalam Opini media Kompas (9/10/2017), Lingkaran Muda Indonesia menegaskan bahwa masyarakat dunia setelah Perang Dunia II dilandasi peradaban yang berciri modern, rasional, berdasarkan kemajuan teknologi, dan menekankan hak-hak manusia.

Lebih dari itu, hakikat mencerdaskan kehidupan bangsa adalah gerakan perubahan budaya dari tradisional dan feodalistik menjadi modern, rasional, demokratis, dan berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dampaknya, teknologi memacu orang menerapkan cara berpikir teknis yang berbasis pada logika teknologi sehingga memperlakukan anak didik sebagai, meminjam istilah Setyo Wibowo, hard disk kosong.

Guru diumpamakan operator komputer yang bertugas mengunduh semua program pendidikan yang disediakan server (Kemendikbud). Orang tua juga berpola pikir yang sama. Anak harus disi oleh berbagai fitur program lewat kursus bahasa Inggris, matematika, kursus musik, dan sebagainya.

BACA JUGA :  Tega! Bayi Berusia 6 Hari Ditempeleng Ayah Kandung di Surabaya

Asumsi demikian mendasari kebijakan, misalnya, anak-anak di PAUD sudah diajarkan baca-tulis-hitung, wajib ujian, dan wisuda (Kompas, 12/10/2012). Saat SD anak-anak dijejali dengan kurikulum yang berat. Anak-anak diberi beban yang melebihi kewajaran usianya. Selain itu, di luar sekolah masih harus mengikuti berbagai kursus.

Pengandaiannya, makin cepat anak-anak tahu berbagai macam ilmu, makin cepat pintar, dan makin cepat lagi anak-anak bangsa kita mengejar ketertingalan dari bangsa-bangsa lain. Padahal penjejalan tugas yang sangat melelahkan hanya akan menyebabkan anak didik malas untuk mencari.

Mereka melakukan semua itu bisa karena keterpaksaan baik dari guru maupun orang tua, bukan karena kecintaan (Saefuddin, 2011). Akibatnya, muncullah penyakit school refusal. Beberapa anak menolak belajar karena frustasi berhadapan dengan beban yang tidak menyenangkan.

Sekarang tidak jarang anak-anak mudah marah, memberontak, depresi, dan sensitif. Apakah anak-anak seperti itu bisa menjadi anak-anak yang kreatif berhadapan dengan revolusi industri 4.0, kunci kemajuan teknologi itu sendiri? Landasan penguasaan teknologi adalah manusianya.

============================================================
============================================================
============================================================