Dunia Sedang Tidak Baik, IPB Ditantang Jokowi Cegah Krisis Pangan di Indonesia

Presiden Jokowi saat menghadiri Dies Natalis ke-60 IPB University (Youtube.com/Sekretariat Presiden)

BOGOR-TODAY.COM – Presiden RI, Joko Widodo mendorong IPB University untuk berinovasi dalam mencegah terjadinya krisis pangan di Indonesia. Hal itu dikatakan saat Jokowi hadir di Dies Natalis ke-60 IPB University, Jumat (15/9/2023).

“Nah ini tugasnya IPB, Pak Rektor, urusan pangan ini sudah serahkan ke IPB. InsyaAllah rampung. Saya tunggu apa antisipasi kita, rencana dan pelaksanaannya harus seperti apa,” ujar Jokowi dalam pidatonya yang disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Jokowi mengingatkan, inovasi itu harus di luar prediksi. Sehingga, ada kebaruan yang nyata untuk bisa segera diterapkan.

“Menurut saya belum bisa dibilang inovasi jika belum kita ini rada-rada gila, gitu, belum bisa dibilang inovasi jika kita belum dibilang out of mind. Belum bisa dibilang inovasi jika belum dibilang tidak mungkin. Karena inovasi semestinya memang bukan hal yang biasa-biasa saja,” ucap dia.

Jokowi mengaku, ketika baru datang, langsung ditunjukkan produk hilirisasi yang dilakukan IPB University. Jokowi pun menyampaikan apresiasi.

“Banyak sekali inovasi-inovasi yang menghilirkan, hilirisasi dari inovasi bisa masuk ke industri dan saya harus menyampaikan apa adanya, luar biasa. Ada cabe yang gede-gede merah gitu, ada beras yang khusus untuk lahan-lahan tandus, ada beras yang satu hektarenya bisa menghasilkan berapa tadi? 12 ton. Ada garam, rumput laut, ada macam-macam dengan kemasan-kemasan yang sudah sangat modern, dengan brand yang sangat kelihatan sekali digarap dengan sentuhan marketing yang sangat bagus,” kata dia.

BACA JUGA :  Gunung Semeru Letuskan Abu Vulkanis Setinggi 700 Meter di Atas Puncak Senin Pagi Ini

“Ini Pak Menteri Pertanian yang beras tadi diambil itu, yang cabe gede-gede juga diambil, berikan ke petani sebanyak-banyaknya. Barangnya jelas sekali,” ucap Jokowi.

Dalam kesempatan itu, Jokowi mengatakan, dunia sedang mengalami krisis pangan. Dia kemudian menceritakan pertemuannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada pertengahan 2022 lalu.

“Perang Ukraina yang berkepanjangan tidak selesai-selesai. Saat itu, saya ingat, saya bertemu dengan Presiden Zelensky di Kiev, Ukraina, saya diskusi 2,5 jam dengan Zelensky. Beliau menyampaikan di Ukraina itu ada 77 juta ton wheat, gandum yang tidak bisa keluar untuk diekspor, biasanya masuk ke Afrika, ke Asia, 77 juta ton berhenti karena Pelabuhan Odessa diblok oleh Rusia” ucap dia.

“Dari Ukraina, saya ke Rusia, bicara dengan Presiden Putin, 3 jam saya berbicara, akhirnya saya keluar lagi angka. ‘Presiden Jokowi, di Rusia ini ada 130 juta ton gandum berhenti’. Artinya, ada total 207 juta ton gandum berhenti, di Ukraina dan di Rusia,” sambungnya.

BACA JUGA :  DINAMIKA PILKADA KABUPATEN BOGOR KERING IDE DAN GAGASAN

Akibatnya, negara yang biasa mengimpor gandum dari Ukraina dan Rusia menjadi kesulitan pangan. Sehingga, terjadi kenaikan harga pangan di sejumlah negara.

“Terus kalau berhenti, yang biasanya diekspor makan apa? Itu lah konteks geopolitik yang berhubungan dengan krisis pangan. Di Eropa harga gandum naik, di Afrika harga gandum naik, di Asia gandum naik. Kita semuanya rakyat lah yang dirugikan,” kata dia.

Jokowi mengatakan, kesulitan semakin nyata ketika 19 negara mulai membatasi untuk eskpor pangan. Salah satunya India yang menghentikan eskpor beras.

“Ditambah lagi kemudian 19 negara sudah membatasi ekspor pangan, mnyelamatkan rakyatnya sendiri-sendiri. India baru saja setop ekspor beras. Akibatnya, harga beras naik di semua negara. kita mau memperbesar cadangan strategis beras kita, mau impor juga barangnya sulit didapatkan,” ucap Jokowi.***

Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================