Demam Korea di Indonesia bukan hanya sebatas pada tren fahsion dan serial dramanya saja, namun sudah merambat kepada sektor kuliner. Tengok saja kudapan, baik makanan maupun minuman yang berbau Negeri Ginseng saat ini makin banyak digemari. Seolah tak pernah ‘mati’ kuliner khas Korea pun selalu memunculkan inovasi, seperti salah satunya es krim yang di negara asalnya bernama Jipang Yi atau Jeju Ice Cream. Seperti apa?
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Es krim dengan stik tongkat seperti huruf J ini memang sedang populer di JaboÂdetabek karena menarik banyak perhaÂtian. Es Krim tongkat J ini sebenarnya merupakan es krim khas Korea yang juga sering disebut Jipang Yi atau ada juga yang biÂlang Jeju Ice Cream karena berasal dari daerah Jeju di Korea.
Salah satu pelaku bisnis dari es krim ini yang sudah menjalankan usahanya sejak Agustus 2014 adalah Erik Rusli dengan nama usaha yaitu Nami Ice Cream. Erik memang sangat antusias menÂjalankan usaha ini karena menurutnya bisnis Es Krim Korea ini memiliki peluang dan potensi yang cerah.
Kini setelah satu tahun usahanya, dari gerai perÂtamanya yang berdiri Agustus 2014 di ITC Mangga Dua, Jakarta sekarang Erik telah memiliki enam geÂrai dimana empat milik mitra dan dua milik pusat.
Nami Es Krim sendiri menyajikan berbagai aneka varian rasa mulai dari cokleat, vanilla dan original atau kombinasi diantaranya. Dengan varÂian rasa inilah Erik selalu optimis dengan usahanya yang memiliki keunikan dibanding kompetitor. Apalagi nanti Erik juga masih mempunyai renÂcana dengan meluncurkan varian rasa lain seperti greentea, oreo, dan buah bit.
Untuk cone atau tongkat berbentuk huruf J sendiri Erik membuat dan memproduksinya secara mandiri. Jadi saat berjualan, tongkat telah ada dan telah siap diisi soft ice cream di lubangnya. Saat dinikmati, cone atau Tongkat dari Nami Es Krim ini terasa renyah dengan tekstur yang mirip snack beras. Dengan dinding yang tebal, maka cone dari Nami Es Krim ini tidak akan mudah bocor dan meÂlempem saat diisi es krim.
Mesin Nami es krim sendiri menggunakan tuas, seperti mesin es krim di restoran cepat saji atau sepÂerti yang digunakan penjual soft ice cream keliling di mobil pick-up. Dengan harga jual es krim dibanÂderol Rp 15.000 per satuannya, konsumen bisa meÂnikmati Nami Es Krim dengan ukuran yang lumayan besar, mungkin panjangnya kurang lebih 30 cm.
Sejak Maret 2015, Erik memang telah menawarÂkan jalinan kerjasama kemitraan waralaba. Jika Anda tertarik bergabung, Erik menawarkan paket investasi senilai Rp 75 juta. Dengan investasi itu, mitra akan mendapatkan fasilitas seperti perlengÂkapan seperti satu mesin es krim tiga keran dengan dua rasa, satu booth ukuran 2 meter (m) x 2 m, dan cone sebanyak 200 buah.
Kerjasama usaha akan berlangsung selama dua tahun. Jika mitra ingin memperpanjang kontrak, mitra tidak dikenakan biaya tambahan dan pihak pusat tidak menerapkan biaya royalti. Namun, syaratnya mitra harus mengambil atau memasok bahan baku utama seperti cone dan bubuk es krim dari pusat.
Jalinan kemitraan bersama Nami Es Krim ini menurut Erik bisa cepat balik modal dan mengÂhasilkan keuntungan jika mitra mampu memiliki lokasi usaha di pusat-pusat keramaian seperti mall, swalayan dan pusat keramaian lainnya. Erik SendiÂri menargetkan mitra bisa menjual sebanyak 3.000 es krim dalam sebulan.
Dengan demikian omzet yang mencapai Rp 45 juta per bulan yang bisa didapat mitra setelah diÂkurangi biaya bahan baku, sewa tempat, gaji pegaÂwai dan biaya operasional lainnya akan membuat mitra meraup laba bersih di atas 60 persen dari omzet dan balik modal kurang dari setahun. TerÂkait luas tempat usaha, mitra diwajibkan menyeÂdiakan lokasi minimal seluas 4 meter persegi (m²) dan karyawan minimal dua orang.
Prospek Usaha
Menurut pengamat waralaba Pietra Sarosa, tren bisnis Es Krim sedang bagus. Namun untuk sukses pelaku usaha harus cermat mencari lokasi penjuaÂlan yang strategis.
Jika bisa menjualnya di pusat keramaian seperti di mall, konsumen akan banyak tanpa memperduÂlikan merek. Meski telah memiliki lokasi strategis, Pietra Sarosa juga mengingatkan para pelaku unÂtuk tetap harus rajin berpromosi lewat iklan mauÂpun aktif di media sosial agar merek usaha semakin dikenal publik.
“Kadang konsumen tidak melihat merek. Kalau ketemu di mal, mereka langsung beli tanpa memÂpedulikan merek,†katanya.
Tertarik mengambil peluang usaha ini? Ya, semoÂga artikel ini bisa menjadi inspirasi pembaca yang ingin memulai usaha. Terlebih, es krim khas Korea ini masih jarang ditemui di Bogor. (KTN/MAX)