JAKARTA, TODAY-Penduduk Indonesia merasa lebih puas dengan kondisi pasar properti lokal, dibandingkan warga SingaÂpura dan Malaysia. Terlepas dari perekonomian yang tidak stabil sepanjang tahun 2015, masyarakat Thailand ternyata puas dengan iklim properti di negaranya (68 persen).
Hanya 27 persen responden dari Singapura dan 24 persen dari Malaysia yang menyatakan puas terhadap kondisi pasar properti, sementara responden dari IndoÂnesia sebanyak 61 persen.
Fakta ini berdasarkan hasil survei Property Affordability Sentiment Index 2015 yang dilakÂsanakan Rumah.com bersama lembaga riset Added Value Saffron Hill dengan total 3.636 responden di Thailand, Singapura, Indonesia dan Malaysia.
Konsumen dari keempat negÂara memiliki pendapat yang sama bahwa investasi properti memiÂliki prospek keuntungan jangka panjang yang baik. Sementara itu, pasar yang stabil merupakan alasan penyebab kepuasan noÂmor dua terbesar di Singapura dan Malaysia. Di Thailand, tingkat suku bunga pinjaman yang rendah merupakan alasan kedua, dan di Indonesia dipicu oleh pertumbuÂhan industri properti yang bagus.
Di antara keempat negara, orang Indonesia paling positif merespon pasar properti, karena lebih dari separuh responden merasa yakin bahwa iklim properti relatif positif (51 persen) dibanding 6 bulan sebelumnya.
Berbeda dengan Malaysia yang merasakan sentimen negatif (65 persen) terhadap pasar, semenÂtara Thailand dan Singapura relatif netral. Meski demikian, sebagian warga di keempat negara juga meÂnyatakan ketidakpuasan terhadap kondisi industri properti saat ini.
Di Singapura, kebijakan pemerÂintah turut mempengaruhi ketiÂdakpuasan masyarakatnya. Sejak 2012 hingga saat ini, pemerintah Singapura dan institusi keuangan menerapkan delapan langkah pendinginan (cooling measures) untuk mencegah property bubble, seperti Total Debt Servicing Ratio (TDSR) dam Additional Buyer’s Stamp Duty (ABSD) yang sangat efektif menekan volume transaksi dan harga properti hingga lebih dari 10 persen.