CIBINONG TODAYÂ – PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) menggandeng perusahaan penyedia properti logistik dan properti terintegrasi asal JeÂpang, Daiwa House Industry Co Ltd, untuk membanÂgun sentra bisnis dan perkantoran terpadu (central business district/CBD) serta infrastruktur properti logistik terpadu lainnya di Indonesia.
Pembangunan dilakukan dalam dua tahap di lahan seluas 9 hektare yang berlokasi di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Pada tahap pertama, perseroan bakal membangun sentra bisnis seluas 30.100 meter persegi. Setelah itu, dilanjutkan dengan tahap kedÂua dengan luasan areal 30.500 m2. Nilai investasi pembangunan fisik yakni sebesar Rp 260 miliar.
Pembangunan fasilitas tersebut diharapkan seÂlesai dan dapat mulai beroperasi pada akhir 2016. Sementara itu, untuk tahap dua diharapkan selesai pada 2018.
Adapun periode sewa kawasan tersebut disepakÂati selama 10 tahun. Disamping itu disertai juga denÂgan hak opsi perpanjangan 5 hingga 10 tahun.
Sebagai informasi, kawasan bisnis terpadu LazaÂda tersebut akan menambah jumlah pergudangan (warehouse) milik perseroan menjadi lima unit. Tiga unit merupakan pergudangan built to suit unÂtuk single tenant dan dua lainnya diperuntukkan bagi multi tenant. Saat ini, MMP memiliki lebih dari 7 tenant utama dengan total NLA seluas 163.757 meÂter persegi.
“Kami telah meneken memorandum of unÂderstanding (MoU) baru-baru ini. Intinya, kami dan Daiwa House sepakat untuk bersama-sama mengembangkan bisnis properti logistik terpadu,†kata Direktur Utama Mega Manunggal Fernandus Chamsi, akhir pekan kemarin.
Fernandus mengatakan, keduanya telah sepakat untuk bekerja sama baik dari segi permodalan mauÂpun pemasaran. Perseroan akan menangani kegÂiatan opersional. Sementara itu, Daiwa House bakal menempatkan seorang direktur sebagai tenaga ahli.
“Kerja sama ini dapat memberikan nilai tambah dalam pengembangan pembangunan sentra bisnis terpadu, karena Daiwa House memiliki keahlian dalam bidang propertik logistik yang sudah berskala global. Sudah sangat berpengalaman di bidang ini,†tutur dia.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Mega Manunggal Khrisna Daswara menjelaskan, bentuk kerja sama dengan Daiwa bukan melalui skema peÂrusahaan patungan (joint venture/JV).
Mega Manunggal bakal melepas saham pada salah satu anak usaha perseroan, yaitu PT Mega TriÂdaya Property (MTP), kepada Daiwa House. “Daiwa House akan mengambil bagian porsi saham setinggi-tingginya 49 persen,†ujar dia.
Khrisna melanjutkan, salah satu proyek yang akan digarap bersama Daiwa House yakni pembanÂgunan sentra distribusi dan perkantoran terpadu untuk perusahaan e-commerce, PT Lastana Express Indonesia atau Lazada. Lazada sebelumnya telah melakukan perjanjian sewa menyewa pola built to suit (BTS) dengan anak usaha MTP, yakni PT Mega Dharma Property.
Sebelumnya, Corporate Finance Manager Mega Manunggal Thelly Krishanty mengatakan, kontrak dengan Lazada dapat memberikan lonjakan hingga 40 persen terhadap pendapatan konsolidasi perseÂroan.
Hingga akhir tahun, perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp 166,75 miliar atau naik 15 persen dibandingkan pendapatan 2014 sebesar Rp 145 miliar.
Untuk meraih target tahun ini, perseroan tetap melakukan pendekatan kepada tenant existing denÂgan fokus pada sistem built to suit, apakah mereka butuh ekspansi. Selain itu juga terus mencari tenant baru.
“Kami mencari tahu dulu dari tenant-tenant yang eksisting apakah mereka butuh ekspansi. SeÂlain itu kami juga mencari tenant-tenant yang baru dari sektor konsumer, e-commerce, dan lainnya,†jelas dia.
Hingga September 2015, perseroan membukuÂkan laba bersih sebesar Rp 10,3 miliar atau turun dibandingan periode sama tahun lalu senilai Rp 19,6 miliar. Hal ini disebabkan oleh biaya atas selisih kurs.
Namun, pendapatan perseroan meningkat 18% menjadi Rp 120 miliar. Hal itu dikarenakan peningÂkatan 20% atas service charge kantor mulai Juli 2015, peningkatan area yang tersewa sebesar 100 persen untuk Gudang Selayar, dan peningkatan harga sewa rata-rata sebesar 2 persen. Pada September lalu, luas area yang tersewa adalah 163.911 m2.
Lebih jauh, Thelly mengatakan perseroan menyÂiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 800 miliar pada 2016. Dana tersebut bakal digunakan untuk memuluskan rencana akuisisi lahÂan seluas 50 ha dengan rincian, 30 hektare di daerah Jabodetabek dan 20 hektare di luar Jabodetabek.
Perseroan akan terlebih dulu membayarkan uang muka (down payment/DP) atas lahan tersebut. Selanjutnya, perseroan akan mencari tenant-tenant potensial yang berminat untuk menyewa pergudanÂgan built to suit.
Thelly membeberkan, sumber dana belanja modal bakal berasal dari dana IPO senilai Rp 1 triliun dan pinjaman bank.
“Dana IPO sudah kami gunakan sebesar Rp 400 miliar, terutama untuk akuisisi lahan. Untuk capex, sekitar 30 persen biasanya kami akan gunakan pinÂjaman perbankan,†tandas dia.
(Yuska Apitya)